Sabtu 07 Mar 2020 05:45 WIB

Virus Corona Pukul Industri Fesyen Global

Sekitar 40 persen pelanggan produk fesyen mewah global berasal dari China

Peragaan busana New York Fashion Week Spring/Summer 2020 di New York, Amerika Serikat, September 2019.
Foto: EPA/Peter Foley
Peragaan busana New York Fashion Week Spring/Summer 2020 di New York, Amerika Serikat, September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring menyebarnya virus corona jenis baru atau Covid-19, banyak industri global yang terdampak tak terkecuali industri fesyen. Sejak akhir Januari 2020, penyebaran virus itu kian menjadi di berbagai negara, termasuk negara-negara dengan jadwal pagelaran busana global sebesar di China, Korea Selatan, Italia, Amerika, dan beberapa wilayah Eropa.

Wabah virus menghantam Italia bertepatan dengan berakhirnya Milan Fashion Week, kemudian menjadi penyebab utama pembatalan sejumlah pertunjukan pagelaran busana, pembatalan acara fesyen lainnya, hingga penurunan angka penjualan di industri fesyen.

Baca Juga

Beberapa pekan mode besar juga mengaku mengalami penurunan pengunjung dan pembeli dari China, akibat adanya pembatasan perjalanan baik dalam dan luar China. Padahal sekitar 40 persen pelanggan produk fesyen mewah yang sebagian besar ditampilan di pekan mode global ini berasal dari China, seperti dilaporkan Reuters.

Banyak perusahaan mode dan kecantikan menghadapi dampak finansial akibat wabah virus yang mempengaruhi jumlah produksi dan permintaan pasar.

Capri Holdings, perusahaan yang menaungi rumah mode mewah seperti Michael Kors, Versace dan Jimmy Choo ini, telah menutup 150 toko di China dan memproyeksikan pendapatannya pada kuartal berikutnya akan turun sekitar 100 juta dolar.

Sama halnya dengan Tapestry Inc, perusahaan yang memiliki label fesyen Coach, Kate Spade dan Stuart Weitzman ini mengatakan mungkin kehilangan 250 juta dolar AS dalam penjualan di paruh kedua tahun ini.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement