Kamis 05 Mar 2020 13:48 WIB

Corona Jenis Baru yang Melonjak di Luar China

Virus corona sudah menjangkiti warga dunia di 76 negara.

Warga memeriksakan kesehatannya di Pos Pemantauan Virus Corona RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Kamis (5/3). Peningkatan kasus corona telah tampak di negara-negara di luar China.
Foto: Republika/Putra M Akbar
Warga memeriksakan kesehatannya di Pos Pemantauan Virus Corona RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Kamis (5/3). Peningkatan kasus corona telah tampak di negara-negara di luar China.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Antara

Penyebaran virus corona jenis baru di China angkanya terus menurun. Namun, di sisi lain terjadi peningkatan kasus positif corona di luar China.

Baca Juga

Penyebaran baru Covid-19 di 76 negara di luar China per tanggal 4 Maret 2020 mencapai 2.103 kasus per hari. Sementara kasus di China semakin menurun ke angka terendahnya yaitu 120 kasus per hari.

Berdasarkan laporan situasi harian yang dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jakarta, Kamis (5/3), total kasus secara global telah mencapai 93.090 dengan 2.223 kasus baru.

Sedangkan di China kasus Covid-19 mencapai 80.422 dan menyebabkan 2.984 kematian (38 kasus baru). Sementara di luar Negara Tirai Bambu sebanyak 12.668 kasus terjadi di 76 negara dengan 214 total kematian dan 48 kasus kematian baru.

Sebanyak empat negara melaporkan kasus Covid-19 pertamanya yaitu Argentina, Chili, Polandia dan Ukraina.

Korea Selatan, Italia, dan Iran masih menjadi episentrum virus Covid-19 di luar China. Korea Selatan masih menjadi negara dengan kasus terbanyak di luar China dengan total 5.328 kasus.

Sementara kasus baru per hari di Iran kini menjadi yang terbanyak di dunia mencapai 835 kasus per harinya. Selain itu kasus Covid-19 di Amerika Serikat juga telah menembus angka 108 kasus.

Untuk kawasan Pasifik Barat kasus terbanyak terjadi di Korea Selatan (5.328) dengan 516 kasus baru, Jepang (284) dengan 16 kasus baru, Singapura (110), Malaysia (50) bertambah dua, Australia (43), Vietnam (16), Filipina (3), Kamboja (1), Selandia Baru (2). Untuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, tercatat Thailand (43), India (6), Indonesia (2), Nepal (1), Sri Lanka (1).

Penyebaran di Benua Amerika terjadi di Amerika Serikat (108) bertambah 44, Kanada (30) , Ekuador (7), Meksiko (5), Brasil (2), Argentina (1), Chili (1), Republik Dominika (1).

Wilayah Eropa paling banyak terkena Covid-19 ada di Italia (2.502) bertambah 466 kasus. Sedangkan untuk Prancis (212), Jerman (196), Spanyol (151), Inggris (51), Swiss (37), Norwegia (32), Belanda (28), Austria (24), Swedia (24), Islandia (16), Israel (12), Kroasia (9), Belgia (8), Denmark (8), San Marino (8), Finlandia (7), Yunani (7), Ceko (5), Rumania (4), Azerbaijan (3), Georgia (3), Rusia (3), Irlandia (2), Portugal (2), dan masing-masing satu kasus di Andorra, Armenia, Belarusia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Monaco, Makedonia Utara, Polandia, Ukraina.

Untuk wilayah Timur Tengah paling banyak dilaporkan terjadi di Iran (2.336) dengan penambahan 835 kasus baru, Kuwait (56), Bahrain (49), Irak (31), Uni Emirat Arab (27), Lebanon (13), Oman (12), Qatar (8), Pakistan (5), Mesir (2), Afghanistan (1), Jordan (1), Maroko (1), Arab Saudi (1), dan Tunisia (1). Untuk wilayah Afrika adalah Aljazair (5), Nigeria (1), dan Senegal (1).

Masih ada kasus Covid-19 yang berasal dari Kapal Diamond Princess saat ini mencapai 706 kasus dan dirawat di rumah sakit di Jepang.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, menjelaskan kepada media, Kamis (5/3), salah satu alasan mengapa corona akhirnya bisa menyebar luas ke negara-negara lain adalah karena mobilitas penderita Covid-19 bisa tidak terdeteksi di pintu masuk negara mana pun.

Dia menjelaskan, corona jenis baru ini mirip dengan flu biasa. Mereka yang terkena, jika daya tahan tubuhnya bagus maka virusnya tidak jadi beranak pinak.

Tapi bila sedang kurang fit, makan mungkin virus beranak pinak. Menyebabkan, panas, batuk, bila virus masuk ke saluran pernapasan bawah maka terjadilah sesak napas.

"Mereka yang daya tahan tubuhnya bagus, tapi sebenarnya ada virusnya, maka virus bisa jadi melemah. Inilah yang menjelaskan kenapa kemudian inkubasi tidak lagi hanya dalam 14 hari. Karena daya tahan tubuh bagus, gejala tidak muncul. Karena itu inkubasi jadi memanjang lebih dari 14 hari," katanya.

Indonesia mengadopsi pola observasi 2 kali 14 hari. Seperti dilakukan dengan ABK World Dream. Setelah mereka diobservasi 14 hari di Jepang, maka observasi 14 hari berikutnya dilakukan di Pulau Sebaru Kecil.

Pria yang juga kini menjabat sebagai juru bicara negara untuk kasus corona mengatakan, upaya observasi bukan hanya untuk mengobati. Tapi untuk mengantisipasi dampak ke kesehatan masyarakat, sebab mereka yang diisolasi sedang menjadi pusat baru virus corona.

Penyebaran virus corona ke 76 negara di dunia, membuat banyak negara menutup dirinya dari warga negara dengan laporan infeksi corona. Tak ketinggalan China.

Dikutip dari CNN, sejumlah kota di China seperti Beijing, Shanghai, dan Guangdong, menerapkan karantina selama 14 hari bagi pengunjung dari luar negeri. Aturan lebih ketat diberlakukan bagi mereka yang sebelumnya mengunjungi negara yang sudah melaporkan kondisi KLB, seperti Italia, Iran, Korea Selatan, dan Jepang.

Sejauh ini sudah terjadi 20 kasus corona impor di China. Kasus positif itu didominasi oleh ekspatriat China yang kembali ke negaranya.

Pada Selasa (3/3), sebanyak 6.728 penumpang pesawat internasional yang tiba di China menunjukkan gejala infeksi. Sebanyak 779 di antaranya diduga sebagai suspek corona dan 75 merupakan kasus positif, berdasarkan tes nucleic acid awal.

Pemerintah lokal di China telah mendorong warganya yang di luar negeri mempertimbangkan kepulangan ke Tanah Air demi kesehatan keluarga sendiri. Zhejiang, salah satu provinsi, dengan angka emigran yang tinggi telah melaporkan tujuh kasus corona baru impor dari luar negeri pada Selasa ini.

Semuanya adalah warga negara China yang kembali dari Italia. Mereka tinggal dan bekerja di kota Bergamo, Italia. Mereka dipastikan positif setelah kembali ke China. Tidak ada satu pun di antara mereka yang pernah mengunjungi Wuhan atau kota lain di Hubei, tempat pertama corona merebak.

Tujuh orang tersebut memiliki riwayat kontak dekat dengan seorang wanita yang dikonfirmasi positif. Wanita tersebut adalah kasus corona impor pertama dari Zhejiang. Mereka semua bekerja di restoran yang sama di Bergamo, Italia.

China memang menghadapi tekanan kasus corona baru karena banyak pekerja dan mahasiswa di luar China yang ingin kembali ke negaranya. Xinhua melaporkan sebanyak 20 pelajar China kembali dari Iran melalui Beijing. Sementara makin banyak dilaporkan terjadi kasus corona baru di luar China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement