Kamis 05 Mar 2020 13:10 WIB

BTPN Syariah Kian Efisien dengan Digitalisasi

Pada 2019, BPTN Syariah membukukan pembiayaan Rp 9 triliun tumbuh 23,7 persen.

BTPN Syariah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
BTPN Syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatat pertumbuhan yang sehat selama 2019. BPTN Syariah membukukan pembiayaan sebesar Rp 9 triliun tumbuh 23,7 persen dibandingkan periode sebelumnya Rp 7,3 triliun.

Pertumbuhan pembiayaan yang sehat disertai dengan kualitas pembiayaan yang baik, BTPN Syariah berhasil menjaga NPF di posisi 1,36 persen. Selain karena fokus menggarap segmen prasejahtera produktif, pertumbuhan positif ini turut ditopang oleh digitalisasi di setiap lini proses yang dimulai sejak 2018 silam, baik di kantor pusat maupun di lapangan.

Bank juga telah merancang proses automasi yang mudah untuk mendukung produktivitas para tim di lapangan dalam melayani nasabah. "Digitalisasi juga mampu mengoptimalkan fungsi jaringan kantor," ujar Direktur Kepatuhan BTPN Syariah, Arief Ismail.

"Sehingga selama 2019, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional tercatat turun menjadi 58,1 persen, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 62,4 persen," ujar Arief menambahkan.

Digitalisasi, ujar Arief menegaskan, menjadi upaya bersama untuk mencapai efisiensi. Pada 2019 seluruh tim di lapangan telah menggunakan aplikasi untuk melayani nasabah prasejahtera produktif.

Selain itu tim juga dilengkapi dengan aplikasi pelatihan internal dan apllikasi layanan pendukung lainnya. "Dengan dukungan digitalisasi tersebut maka proses layanan kepada nasabah menjadi lebih cepat dan tepat,” tutur Arief.

Tercapainya pertumbuhan pembiayaan bank yang positif sepanjang 2019 juga didukung tingkat permodalan dan likuiditas yang memadai dengan rasio kecukupan modal sebesar 44,7 persen atau jauh di atas ketentuan minimum yang ditetapkan regulator. Adapun Financing to Deposit Ratio (FDR) berada di posisi sehat sebesar 95,3 persen.

Adapun Dana Pihak Ketiga juga tumbuh sebesar 24,1 persen, mencapai Rp 9,4 triliun dibanding posisi Desember 2018 sebesar Rp 7,6 triliun. Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 1.400 miliar, tumbuh 45 persen. Kenaikan total aset BTPN Syariah menembus 27,8 persen dari Rp 12 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp 15,4 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement