Kamis 05 Mar 2020 05:12 WIB

Peneliti UI Kembangkan Propolis Alternatif untuk Corona

Penelitian ini dinyatakan belum masuk ke dalam tahapan klinis,

Universitas Indonesia
Foto: Dok Republika
Universitas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Dr. Eng. Muhamad Sahlan, mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia yang dihasilkan oleh lebah Tetragonula biroi aff, sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19. Propolis itu terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat dengan efek negatif minimal baik terhadap tubuh manusia maupun sumber daya alam yang tersedia.

Sahlan menuturkan komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia. Pada penelitian ini, senyawa propolis berasal dari lebah Tetragonula biroi aff.

Baca Juga

"Perlu dipahami bahwa propolis memiliki karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya. Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan," kata dia dalam keterangan tertulisnya, di Kampus UI Depok, Rabu (4/3). 

Saat ini beberapa negara tengah mengembangkan obat dan vaksin untuk COVID-19. Salah satunya adalah China yang mengembangkan obat berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Prof Yang dari Shanghai Tech University pada Januari 2020.

Pada penelitiannya, Prof Yang berhasil memetakan struktur protein virus corona di mana ditemukan bahwa virus corona penyebab COVID-19 harus menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia) sebelum menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak. Untuk memutus aktivitas ini, dikembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk COVID-19.

"Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3," kata Sahlan yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19. Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesinsa memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5). "Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak," ujar Sahlan tentang hasil pengujiannya.

Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono, mengatakan tentu saja penelitian ini belum masuk ke dalam tahapan klinis karena Indonesia baru mengumumkan pasien positif corona pada Senin (2/3) lalu. Akan tetapi, hasil penelitian ini tentu sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan virus corona tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain.

Saat ini penelitian yang dilakukanSahlandan timnya sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat COVID-19. Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement