Kamis 05 Mar 2020 04:18 WIB

Taspen Gandeng UGM Tanam Ribuan Pohon Bambu

Selain menyimpan air dalam jumlah besar bambu juga menyimpan cadangan karbon baik

UGM menanam bibit pohon bambu untuk pelestarian lingkungan. Foto pohon bambu, (ilustrasi).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
UGM menanam bibit pohon bambu untuk pelestarian lingkungan. Foto pohon bambu, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) menanam ribuan batang bibit bambu untuk pengembangan Hutan Bambu Program Pelestarian Alam di Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (4/3).

Pengembangan ini dilakukan UGM bekerja sama dengan PT Taspen (Persero) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Taspen untuk menciptakan kelestarian alam yang berkelanjutan. "Salah satu upaya untuk melestarikan alam adalah dengan menanam bambu. Secara ekologis, tanaman ini bisa menyimpan air dan menyuburkan banyak mikroorganisme yang tumbuh di bawahnya," kata Direktur Wanagama, Dwiko Budi Permadi melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Rabu.

Dwiko mengatakan selain mampu menyimpan air dalam jumlah yang besar, bambu juga menyimpan cadangan karbon yang baik untuk mitigasi perubahan iklim. Disamping itu, bambu mempunyai manfaat ekonomis karena batangnya bisa menjadi material bangunan yang tangguh dan rebungnya bisa menjadi sumber pangan masyarakat.

Kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama mulanya digagas oleh Fakultas Kehutanan UGM sebagai bagian dari gerakan 1.000 desa bambu yang menjadi rencana strategis KLHK dan Yayasan Bambu Lestari, khususnya klaster Yogyakarta. Untuk mendukung kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama yang berada di lokasi petak 7, 13 dan 16 ini, Taspen memberikan bantuan berupa bibit tanamam bambu petung total sebanyak 2.300 batang yang telah ditanam secara bertahap.

Pada Desember 2019, penanaman tahap 1 telah dilakukan sesuai target yaitu sebanyak 1.100 bibit di atas lahan seluas 1 hektare yang lokasi tanamnya tidak jauh dari sungai sehingga diharapkan peluang hidup tanaman bambu menjadi lebih tinggi. Penanaman tahap berikutnya sebanyak 1.100 bibit telah selesai dan sisanya 100 batang digunakan untuk penyulaman. Selain itu, teknologi infus bambu juga diterapkan untuk mengantisipasi kekurangan air pada musim kemarau.

"Demplot hutan bambu Wanagama yang memiliki total luas 2 ha ini rencananya dikembangkan menjadi 10 ha dan dikelola secara intensif menjadi ekosistem bambu yang memiliki banyak manfaat," kata dia.

Ia mengharapkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan akan tumbuh industri pengolahan bambu di perdesaan dan lembaga desa. Pemerintah daerah dapat berkontribusi terhadap perluasan hutan bambu di Yogyakarta. Sejalan dengan itu, UGM juga berupaya untuk terus mengembangkan teknologi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi bambu.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono memberikan apresiasi terhadap seluruh pihak yang mendukung program pengembangan hutan bambu. Pemilihan bambu sebagai tanaman yang dilestarikan dan dikembangkan khususnya di dalam kawasan Wanagama menurutnya sangat tepat karena akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan alam maupun masyarakat yang hidup di dalamnya.

"Harus kita rawat sebaik-baiknya, agar kelestarian hutan yang dapat mendukung kehidupan umat manusia ini bisa kita jaga dengan baik," kata Panut.

Program Pelestarian Hutan Bambu Wanagama sesuai road map-nya akan dilakukan selama 10 tahun dengan empat fase, yaitu inisiasi unit percontohan (demplot) hutan tanaman bambu (produksi dan konservasi), perluasan klaster hutan Bambu Yogyakarta, pembangunan industri pengolahan bambu, dan yang terakhir, monitoring tata kelola bambu dan integrasinya dengan industri hilir.

"Kami berharap pengembangan bambu di Wanagama ini nantinya akan direplikasi di tengah masyarakat. Selain bambu akan lestari, tentu juga memberi manfaat kepada UMKM dengan produk berbasis bambu," kata Wakil Bupati Gunung Kidul, Immawan Wahyudi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement