Rabu 04 Mar 2020 13:48 WIB

PBB Khawatir Iran Picu Krisis Nuklir Baru

Iran berisiko memicu krisis baru jika tidak bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Gedung yang disinyalir berpotensi menjadi pengendali nuklir Iran. Iran berisiko memicu krisis baru jika tidak bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB. Ilustrasi
Foto: Al Jazeera
Gedung yang disinyalir berpotensi menjadi pengendali nuklir Iran. Iran berisiko memicu krisis baru jika tidak bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Iran berisiko memicu krisis baru jika tidak bekerja sama dengan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kondisi ini terjadi karena negara tersebut enggan melaporkan beberapa informasi yang diminta.

"Kami telah meminta beberapa informasi dan akses dari Iran tetapi kami belum mendapatkan informasi yang kami butuhkan," kata Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, Selasa (3/3).

Baca Juga

Grossi mengatakan masalah itu serius dan berharap Iran akan kembali mematuhi sepenuhnya setelah dewan gubernur IAEA bertemu di Wina pekan depan. Kerja sama antar negara termasuk Iran dalam melaporkan informasi akan membantu kepentingan banyak pihak.

"Kami telah bersikeras dan terlepas dari semua upaya kami, kami belum bisa mendapatkannya. Jadi situasinya mengharuskan saya mengambil langkah seperti itu karena apa artinya ini adalah bahwa Iran membatasi kemampuan badan tersebut untuk melakukan tugasnya," ujar Grossi.

Laporan Reuters sebelumnya menyatakan, IAEA berencana untuk mengeluarkan laporan kedua di samping pembaruan rutin triwulanan tentang kegiatan nuklir Iran. Badan ini akan menegur Iran karena kurang kerja sama dan gagal memberikan akses kepada inspektur PBB ke satu atau lebih tempat penting.

"Kami tidak memiliki agenda politik, kami hanya meminta mereka untuk mematuhi kewajiban mereka. Kami akan berjalan menuju krisis (jika tidak)," kata Grossi.

Laporan kedua ini menyoroti tentang akses ke tempat-tempat penting yang diyakini beberapa diplomat telah aktif pada awal 2000-an. Terdapat tiga lokasi yang belum pernah dikunjungi oleh IAEA sebelumnya.

"Situs-situs ini telah dinilai oleh para ahli teknis kami sebagai sangat diperlukan bagi kami untuk mengunjungi untuk memberikan jaminan yang diperlukan bahwa tidak ada yang terjadi yang seharusnya tidak terjadi di sana," kata Grossi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement