Selasa 03 Mar 2020 14:31 WIB

Bukit Asam Ungkap Molornya Proyek Akibat Dampak Corona

Proses kesepakatan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara terpaksa tertunda.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11). Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan molornya sejumlah aksi korporasi perusahaan akibat dampak corona.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11). Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan molornya sejumlah aksi korporasi perusahaan akibat dampak corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan molornya sejumlah aksi korporasi perusahaan akibat dampak corona. Hal ini dia sampaikan usai bertemu Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (3/3). Arviyan mengatakan salah satu yang dibahas dengan Budi ialah mengenai proyek gasifikasi. 

Arviyan mengatakan Bukit Asam akan melakukan penandatangan untuk memulai proses pembangunan pabrik hilirisasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Awalnya, penandatanganan direncanakan dilakukan di Amerika Serikat (AS) pada Maret ini. Namun hal ini urung dilaksanakan lantaran adanya dampak corona.

"Rencana mau tanya tangan di AS sesuai rencana saat presiden menghadiri Asean Summit tapi karena ada wabah Korona, Presiden Trump tunda acara ini, jadi otomatis akan menyesuaikan nanti," ujar Arviyan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (3/3).

Arviyan menyampaikan proyek lewat pembentukan perusahaan patungan hilirisasi mulut tambang batu bara oleh Bukit Asam, Pertamina, dan Air Products and Chemicals, Inc, sudah memasuki tahap akhir dan tinggal eksekusi. Namun, kata dia, implementasi proyek ini memerlukan tandatangan untuk detail kerja sama lebih lanjut. Arviyan mengaku belum dapat memastikan kapan implementasi proyek akan dilakukan lantaran masih menunggu situasi global.

"Ya menunggu situasi, sampai sekarang kita menunggu sampai kapan, mereka juga ke sini tidak bisa, ini kan musibah internasional," ucap Arviyan. 

Arviyan menyebut belum ada dampak akibat tertundanya tandatangan proyek tersebut. Ia menilai hal ini lantaran belum adanya tandatangan untuk memulai pengerjaan proyek tersebut.

"Mestinya setelah tandatangan kita mulai pembangunan, karena diundur ya molor, tapi tidak mesti menunggu Pak Trump dan Jokowi, kan bisa b to b juga," kata Arviyan menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement