Senin 24 Feb 2020 16:16 WIB

Cerita Cinta Bung Hatta, Ketika Mantan Jadi Ibu Mertua

Istri Hatta, Rahmi Rachim adalah putri wanita yang pernah dijodohkannya, Anni Nurdin.

Bung Hatta dan Rahmi Rachim.
Foto: foto koleksi Deliar Noer
Bung Hatta dan Rahmi Rachim.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yusuf Maulana, Pegiat Literasi Islam

Bolehlah ini disebut serupa judul lagu band Dewa yang tengah menggelar konser di beberapa kota. "Bukan Cinta Manusia Biasa" merupakan lagu yang disebut-sebut mahal dalam banyak aspek; kedalaman lirik, kekuatan aransemen, estetika video klip. Dari judul lagi ini seolah memadai untuk menyemati kisah berjodoh bapak bangsa kita: Mohammad Hatta. Satu kisah asmara anak manusia yang "tak biasa".

Muasalnya tentang Anni Nurdin. Ia perempuan anak seorang penerjemah di pemerintahan Aceh, mestinya masih ingat bagaimana orang-orang di sekitarnya pernah menjodohkan ia dengan Bung Hatta. Hasilnya: si lelaki kelahiran Bukittinggi itu menolak menikahi.

Bukan karena soal paras ataupun tetek bengek bertalian jodoh. Tapi karena Hatta terikat janji: tak akan naik pelaminan sebelum negerinya merdeka! Janji yang diucapkan semasa ia di umur pertengahan 20-an tahun di Rotterdam.

Anni bukan terjebak pada sentimen penolakan Hatta ketika Ir Soekarno, orang yang dekat dengan suaminya, datang membujuk. Anak Anni, Rahmi Rachim hendak dijodohkan Soekarno buat kawan perjuangan setianya: Hatta. Sosok yang pernah menolaknya demi idealisme diri kini hendak dijodohkan dengan putrinya!

Terkejutkah Anni? Sudah tentu.

"Saya anggap perbedaan usia antara Yuke dan Bung Hatta terlalu jauh," ujarnya.

Anni meminta waktu pada Soekarno agar ia diberi kesempatan berdiskusi dengan Yuke, sapaan Rahmi.

"Ia telah berumur 19 tahun dan cukup dewasa untuk memutuskan masa depannya sendiri," jelasnya pada Soekarno.

Berbeda dengan sang bunda, adik Rahmi, Titi, tidak menyembunyikan perasaannya. "Jangan mau, Yu, ia terlalu tua!"

Bila Rahmi di usia ranum 19, Hatta tak ubah Om atau bahkan sepantaran ayah mereka: 43 tahun. 

"Hal yang penting ialah bahwa Hatta orang baik, ia seorang pemimpin yang baik dan ia teman baik saya sendiri," papar Soekarno meyakinkan kecocokan kawannya andai jadi suami bagi putri Anni.

"Kamu tidak akan kecewa. Hatta adalah seorang lelaki yang sempurna dengan prinsip yang paling tinggi," imbuh Soekarno pada Rahmi.

Soekarno tidak salah. Dan Hatta bisa buktikan ucapan kawannya itu bukan mak comblang murahan. Titi mendapati kala calon iparnya itu mendaki gunung, Hatta tak kenal lelah. "Ia berjalan begitu cepat, seperti orang Barat,"  kesaksiannya.

photo
Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.

Hatta tentu masih ingat bagaimana jelita Anni. Tapi ia seperti sufi yang tak mudah ekspresikan isyarat cinta ataupun romansa perasaan lama. Ia hanya manut kala Soekarno meyakinkan sebegitu menggoda ihwal calon istrinya: "gadis yang paling cantik di Bandung".

Mavis Rose (1991) dalam Indonesia Merdeka: Biografi Politik Mohammad Hatta,  sumber kutipan kisah yang saya susun ulang ini, dengan nada sentimen mengulik rasa yang mungkin ada pada mereka. Ia menulis begini: "Hatta tidak menyinggung,  apakah pada diri Rahmi Rachim ia melihat ada sifat-sifat yang sebelumnya ia kagumi pada diri ibunya."

"Kenyataannya, dalam memoar Hatta, pernikahan itu hanya ditandai oleh sebuah foto pasangan pengantin tersebut," ungkap Rose.

Ya, buat sosok besar macam Hatta, mengapa hanya sebuah foto mewakili rasa yang meruah hadir, meski entah apa dan bagaimana bentuknya. Dan 18 November 1945, pada gadis dari perempuan yang pernah dijodohkan buatnya itu, Hatta berikan mahar: Alam Pikiran Yunani. Ini sejudul buku yang terdiri dari dua jilid. Satu mahar yang sempat ditentang ibunda Hatta sendiri.

photo
Soekarno dan Mohammad Hatta

Apa kaitan filsafat dengan dunia Rahmi yang semasa gadis asing dari soal pikiran berat lagi njlimet. Maka wajarlah saja bila kita sebut: betapa "kebangetan" Bung satu ini. Sosok berkacamata ini kiranya klop bila, meminjam kata-kata Sjahrir, disebut "lelaki kering lagi serius".

Dus, selain itu, rasanya tidak perlu dibayangkan bagaimana adegan Hatta menyukai Anni, perempuan mantan calon yang diajukan buatnya yang berganti status menjadi mertua. Hatta bisa secara dingin dan formal mengatasi semacam ini.

Rahmi sendiri paham, buku dan Hatta serupa keping koin. Dan itu diterimanya seperti buku-buku yang bakal jadi "madu" dirinya bagi lelaki yang di Jepang populer sebagai Gandhi dari Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement