Rabu 19 Feb 2020 16:33 WIB

Mahasiswa UKSW Buat Bioplastik dari Kulit Singkong

Bioplastik memiliki kekuatan lebih baik jika dibandingkan bioplastik yang sudah ada.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang warga menggunakan perahu untuk memilah sampah plastik di tumpukan sampah yang memenuhi sungai Citepus yang bermuara ke Sungai Citarum di Kampung Bojong Citepus, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (28/1).
Foto: Abdan Syakura
Seorang warga menggunakan perahu untuk memilah sampah plastik di tumpukan sampah yang memenuhi sungai Citepus yang bermuara ke Sungai Citarum di Kampung Bojong Citepus, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA—Darurat sampah plastik mengilhami tiga orang mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, menciptakan bioplastik berbahan baku kulit singkong (ubi kayu). Kendati hanya memanfaatkan kulit singkong atau bahan yang selama ini jamak dibuang sebagai sampah organik, bioplastik karya mahasiswa UKSW tersebut memiliki kekuatan lebih baik jika dibandingkan bioplastik yang selama ini sudah ada.

Karya mahasiswa yang tergabung dalam Tim Inovator CASPEEA UKSW ini sukses menyabet penghargaan sebagai runner up pada ajang “Thailand Inventor’s Day 2020” yang digelar di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC), Bangkok, Thailand, awal Februari ini.

Baca Juga

Ke-tiganya, I Gede Kesha Aditya Kameswara, M Sulthan Arkana dan Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang, berhak membawa pulang medali perak dari ajang inovasi yang diikuti 500 peserta dari 23 negara tersebut.

I Gede Kesha Aditya Kameswara mengatakan, ide dasar dari bioplastik berbahan dasar kulit singkong ini muncul dari keprihatinan atas tingginya produksi sampah di muka bumi ini. Seperti diketahui, plastik menjadi salah satu jenis sampah yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun, tak terkecuali Indonesia yang menjadi salah satu negara dengan produksi sampah plastik terbesar di dunia.

“Krisis lingkungan ini menjadi keresahan tersendiri bagi kami untuk menggagas inovasi bioplastik tersebut,” ungkap mahasiswa program studi (prodi) Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UKSW ini, Rabu (19/2).

Bersama dua rekannya, M Sulthan Arkana (mahasiswa Prodi Kimia) dan Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang (mahasiswi prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) UKSW) akhirnya mengembangkan bioplastik dengan bahan baku kulit singkong.

Karya inovasi ini, diberi nama CASPEEA: A Bioplastic Made from Cassava Peel Wastage to Combat Plastic Waste Crisis Worldwide. Menurut Kesha, kulit singkong dipilih karena mengandung sekitar 60 persen polisakarida berupa pati. Selama ini kulit singkong juga hanya menjadi limbah dan belum banyak yang memanfaatkannya.

Bioplastik ini memiliki ketahanan terhadap beban hingga mencapai 15 megapascal (Mpa). Sementara produk bioplastik lainnya hanya dapat menahan beban sebesar 9 Mpa.

Jika plastik biasa yang diproduksi oleh pabrik dapat menahan beban berkisar 20 hingga 30 Mpa, ia pun yakin produk bioplastik yang kami hasilkan mampu bersaing dengan plastik biasa. “Apalagi produk bioplastik ini food grade meskipun ada campuran bahan kimia,” tambahnya.

M Sulthan Arkana menambahkan, bioplatik ciptaannya juga memiliki kemampuan urai lebih baik. Yakni sebesar 34,56 persen selama 3 hari waktu penimbunan didalam tanah. Sedangkan bioplastik lainnya hanya sebesar 18 persen adapun plastik biasa tidak dapat terurai sama sekali.

Selain itu, proses produksi dari bioplastik CASPEEA ini pun terbilang mudah karena tidak memerlukan alat canggih. Proses produksinya dilakukan dengan merendam kulit singkong kedalam larutan garam CR (Cyano Reduction) untuk menghilangkan sianida yang terdapat pada kulit singkong.

Selanjutnya adalah proses pengeringan sekaligus menghaluskan kulit singkong tersebut hingga bentuknya berubah menjadi tepung. Tepung kulit singkong yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan asam laktat untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas (fire resistant),

Setelah itu campuran tersebut dicuci dengan aseton untuk memperoleh butiran bioplastik. Selanjutnya, butiran dicampurkan dengan polivinil alkohol (PVA) dan bahan penambah lainnya untuk memproduksi bioplastik yang memiliki nilai kuat tarik yang tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement