Senin 17 Feb 2020 18:39 WIB

Marak Perundungan, Anak Indonesia Dinilai Krisis Keteladanan

Penting untuk selalu memberikan keteldanan kepada anak.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Bullying
Foto: MGIT3
Ilustrasi Bullying

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pimpinan Pondok Modern Tazakka, KH Anang Rikza Masyhadi mengatakan salah satu alasan perundungan marak terjadi adalah karena anak Indonesia kekurangan teladan. Ia mengatakan, banyak hal yang tidak mendidik ditampilkan di media dan dilihat oleh anak-anak.

"Misalnya lempar-lemparan kursi, tawuran, itu kan media kita langsung saja tidak difilter, semua ditampilkan dipertontonkan. Itu juga faktor. jadi, kita ini krisis keteladanan sebetulnya," kata Anang, pada Republika.co.id, Senin (17/2).

Baca Juga

Seorang anak adalah peniru yang paling baik. Oleh sebab itu, penting untuk memberikan teladan kepada para santri. Sebagai orang dewasa, kata dia, harus mencontohkan hal-hal yang baik.

"Melihat gurunya, orang tuanya berantem, kan itu memengaruhi secara nggak langsung pada anak. Jangan abaikan itu," kata dia.

Di pondok yang dikelolanya, ia menjelaskan, para santri diberi pendidikan karakter. Pendidikan yang diberikan pun tidak jauh-jauh dari yang sudah diajarkan oleh agama Islam selama ini.

Anang menuturkan, para santri selalu diberi ilmu mengenai kesadaran akan rasa kemanusiaan. Sesama ciptaan Allah SWT harus saling memiliki rasa empati sehingga kekerasan tidak dilakukan.

"Jadi, harga kemanusiaan, kehormatan, kemuliaan seseorang, ciptaan Allah, kebersamaan, empati, solidaritas, ukhuwah, itu kan semua nilai-nilai Islam. Itu terus didengungkan," kata Anang.

Menanamkan sifat-sifat tersebut bukan hanya diberikan satu kali pertemuan atau sosialisasi. Para santri harus diberikan pendidikan karakter berkali-kali sehingga benar-benar masuk ke dalam hati mereka.

"Mungkin 1.000 kali, 2.000 kali saya ngomong itu di berbagai kesempatan. Jadi secara kognitif diberikan pemahaman pengetahuan," kata dia.

Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah melakukan pengawasan. Ia menjelaskan, di pondok pesantren yang dikelolanya sistem pengawasan dilakukan sangat terbuka. Dalam membuat sebuah pondok pesantren, harus memperhitungkan bentuk bangunan sehingga pengawasan kepada santri dapat dilakukan dengan mudah.

Model pergedungan, kata dia, jangan sampai ada yang tertutup. Sebab, kejahatan selalu menari tempat yang aman dan jauh dari pengawasan. Para pengajar juga harus peka dengan kondisi para santri.

Ia menambahkan, pengawasan yang dilakukan di Pondok Modern Tazakka berjenjang. Artinya, pimpinan memiliki pembimbing yang menjadi bawahan mereka untuk mengawasi keseharian para santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement