Ahad 16 Feb 2020 12:51 WIB

Mahasiswa Indonesia di China Kuliah Jarak Jauh karena Corona

Perkuliahan yang akan dimulai besok dilakukan melalui jaringan (daring) atau online.

Rep: Nugroho Habibi / Red: Ratna Puspita
Ilustrasi kuliah jarak jauh menggunakan internet. Universitas Peking, China, akan memulai semester dengan memberlakukan perkuliahan jarak jauh lantaran wabah virus corona.
Foto: EPA
Ilustrasi kuliah jarak jauh menggunakan internet. Universitas Peking, China, akan memulai semester dengan memberlakukan perkuliahan jarak jauh lantaran wabah virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Virus Corona masih menjadi tantangan serius untuk diatasi Negara Cina. Sebab, mewabahnya virus tersebut berdampak terhadap sejumlah aktivis di negara-negara yang memiliki keterkaitan dengan China, termasuk aktivitas mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di negara tersebut.

Iwan Ismi Febriyanto (26 tahun), salah seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Peking, Beijing, China, mengaku harus melakukan kuliah jarah jauh setelah mewabahnya virus tersebut. Iwan mengungkapkan, selama satu semester akan menempuh pendidikan secara daring.

Baca Juga

"Tanggal 17 Februari sudah mulai masuk kuliah. Kampus telah mengeluarkan edaran untuk melakukan kuliah secara online," kata Iwan saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (16/2).

Dalam edaran yang dikeluarkan pada Jumat (7/2), Iwan mengatakan, kampusnya telah menginformasikan ke seluruh mahasiswanya untuk mengantisipasi virus corona. Dia menjelaskan, aktivitas perkuliahan akan menggunakan metode online dengan enam cara di antaranya, live streaming, MOOCs (Massive Online Open Courses), Webinars, hingga grup media sosial.

"Materi dari dosen, kita diberi akses dengan login di course.pku.edu.cn, di situ dosen akan memberikan modul dan bahan perkuliahan," katanya.

Mahasiswa pascasarjana jurusan Kebijakan Publik semester II itu, mengatakan baru pertama kali melakukan metode pembelajaran secara online. Kendati demikian, dia menilai tak akan menemui kendala berarti dalam melakukan aktivitas perkuliahan secara online.

"Saya rasa tak ada yang berbeda (langsung atau online). Kendala mungkin pada proses saat konsultasi penyusunan thesis yang membutuhkan komunikasi panjang lebar," kata pria asal Denpasar, Bali itu.

Iwan pulang ke Indonesia dari China sejak 5 Januari 2020. Saat itu, Pemerintah China belum mengeluarkan imbauan terhadap virus Corona. Karena itu, dia dapat kembali ke Indonesia tanpa hambatan.

Terkait rencana kembali ke China, dia mengaku belum mengetahui secara pasti. Iwan menyatakan akan terus mengikuti perkembangan yang ada. "Mungkin sampai semuanya dinyatakan aman baik dari Pemerintah Indonesia maupun Cina. Karena kita ketahui sendiri pada saat SARS penyelesaiannya memakan waktu berbulan-bulan kan," ucap dia.

Dia berharap pemerintah Cina dapat segera mengatasi virus Corona. Sehingga, aktivitas dapat berjalan seperti sediakala. "Semoga virus Corona dapat segera menemukan penyelesaian," harapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement