Jumat 14 Feb 2020 13:20 WIB

Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri

.

Wanita Muslim Berdoa
Foto: Guardian
Wanita Muslim Berdoa

Oleh: Vera Verawati

Juru Masak asal Kuningan, Jawa Barat

Tepat di awal tahun 2020 saya kehilangan pekerjaan sebagai juru masak di sebuah kafe. Kondisi selalu merugi, menurut pemiliknya, alasan kafe harus ditutup. Ada kekecewaan dalam diri. Saya sudah bekerja di sana setahun lebih.

Sebelumnya saya selalu berhadapan dengan pelanggan yang saya panggil “sahabat”.  Tidak saja memasak buat mereka, saya juga kerap menemani berbincang. Ada ikatan batin dengan setiap sahabat yang datang.

Ketika di hari terakhir saya menginformasikan resign dari kafe ini banyak sekali komentar kekecewaan dari para costumer. Menurut mereka, sebagai ikon kafe kenapa saya harus mengundurkan diri dan mempertanyakan kondisi sesungguhnya, kenapa kafe tutup.

Dengan berbagai alasan untuk menghapus kekecewaan mereka saya memberikan alasan terlogis: renovasi. Entah benar-benar direnovasi atau tidak pada akhirnya bukan lagi menjadi kapasitas saya mengetahuinya.

Cukup singkat. Saya bekerja di sana kurang lebih 14 bulan. Dalam waktu sependek itu setiap owner berharap bisa membangun sebuah bisnis kuliner yang sukses dengan segala keterbatasan. Dari mulai juru masak, marketing, ditambah melayani dan menemani pelanggan sebagai bentuk totalitas pekerjaan.

Semua dikerjakan senang hati. Saya tidak menganggapnya sebagai beban, melainkan bentuk tanggung jawab dan rasa kecintaan terhadap pekerjaan. Namun, ketika usaha dan kerja keras tidak membuahkan hasil sesuai harapan, kecewa?? Pasti dan manusiawi. Ujungnya waktu itu kafe vakum untuk waktu yang tidak ditentukan.

Ketika perasaan gagal merasuki hati, sedih, marah dan kecewa, saya menyadari satu hal. Apapun yang saya kerjakan dengan sebaik yang saya mampu tetap ada Allah yang memutuskan hasilnya. Itu cara terbaik mengobati kekecewaan.

Ketika saya gagal, tidak saja di pekerjaan atau kehidupan pribadi, kegagalan terbesar adalah saya tidak mampu menjadi guru terbaik untuk anak-anak. Karena waktu tersita lebih banyak untuk pekerjaan.

Ketika pekerjaan yang saya perjuangkan dengan sepenuh hati ternyata mengalami kegagalan dan menjadi pukulan terbesar, saya belajar banyak hal. Di antaranya bagimana memerangi rasa kecewa dan ketakutan untuk kembali mencoba bekerja di bidang yang sama.

Mengalahkan ketakutan adalah hal tersulit. Terlebih ketakutan itu terlahir dari diri sendiri. Memotivasi diri sendiri tidak semudah memotivasi orang lain. Karena diri sendirilah yang paling memahami seberapa besar kekecewaan itu.

Bangkit dan kembali berjuang dari titik nol membangun sesuatu, menjadi dikenal dan besar, bukan hal mudah yang bisa didapat dalam waktu singkat. Namun, ia adalah proses perjalanan dari setiap kegagalan dan mengevaluasi serta memperbaiki setiap kegagalan menuju sebuah keberhasilan.

Objektivitas terhadap keadaan yang ada menyadarkan saya untuk tidak menyerah dan tidak harus takut mencoba hal baru yang belum pernah dikerjakan. Hal ini saya anggap sebagai bentuk pendewasaan hidup dan pola pikir agar menjadi pribadi yang humble (sederhana).

Jadi buat para sahabat, mari memelihara hati dengan selalu berpikir positif dan jangan pernah takut memulai atau mencoba hal baru. Bisa jadi itu jalan menjadi

besar dan sukses.

Tak ada kata terlambat untuk bangkit dan percaya pada dirimu sendiri. Jangan menyerah ketika usaha belum berhasil. Tak usah hiraukan cemoohan orang atas kegagalan. Sebab ketika kita mampu bangkit dan kembali berjalan dengan berani menghadapi setiap tantangan dalam hidup di situlah letak nilai terbaik dari dirimu.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS ar-Ra’d [13]: 11).

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement