Senin 10 Feb 2020 18:22 WIB

Raih Cumlaude Direktur Kepatuhan Bank BJB Temukan Teori Baru

Revolusi Industri 4.0 terdapat banyak kelemahan dalam bidang fintech

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Kepatuhan Bank BJB Agus Mulyana meraih gelar doktor Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Sidang Kandidat Doktor di Aula Sekolah Pascasarjana UPI, Kota Bandung, Senin (10/2).
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Direktur Kepatuhan Bank BJB Agus Mulyana meraih gelar doktor Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Sidang Kandidat Doktor di Aula Sekolah Pascasarjana UPI, Kota Bandung, Senin (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Kepatuhan Bank BJB Agus Mulyana berhasil meraih gelar doktor bidang Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Senin (10/2). 

Tim penguji menyatakan Agus dianggap lulus setelah menjalani sidang kandidat Doktor di Aula Sekolah Pascasarjana UPI. Tim Penguji dari UPI, menyatakan Agus  lulus sidang dan berhak menyandang gelar doktor Ilmu Manajemen melalui disertasinya yang berjudul Melalui Bisnis Fintech dalam Meningkatkan Marketing Performance di Indonesia. 

Agus yang lulus dengan nilai cumlaude, juga menghasilkan teori baru yakni Hybrid Bussiness Model 5.0. Menurutnya, perubahan dan pertumbuhan teknologi informasi digital sangat cepat. Sehingga semua sektor jasa, manufaktur, maupun agrikultur, mengarah dan memanfaatkan perkembangan teknologi digital, terjual industri keuangan yang berbasis fintech. 

Namun, perkembangan fintech tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perubahan global. Sementara revolusi Industri 4.0 terdapat banyak kelemahan dalam bidang Fintech, karena semuanya dituntut serba otomasi. Dalam satu sisi perkembangan digital ini sangat menguntungkan dalam segi efisiensi dan efektifitas.  

"Namun pada sisi lain, rendahnya intellectual capital SDM dari suatu negara akan menjadi kelemahan di negara tersebut. Bahkan manusia tergantung dengan mesin," katanya. Padahal, ketergantungan terhadap teknologi yang terlalu tinggi akan mengikis norma Agama, Budaya, dan Kehidupan Sosial yang menjadi tujuan hidup manusia dalam bernegara.

Karena itu, Agus menawarkan model Bisnis 5.0. Model ini merupakan sinergisitas antara intellectual capital yang melahirkan Innovasi serta information technology capability yang menghasilkan value creation. Sinergisitas kedua unsur tersebut akan menghasilkan suatu kekuatan yang besar untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. 

Menurutnya, membangun ekonomi suatu negara agar tumbuh lebih baik dan maju tidak hanya dibangun dengan kekuatan mesin dan teknologi yang tinggi, namun juga harus berkolaborasi antara intelectual Capital Society yang berbasis manusia. 

Menurutnya, hybrid business model cocok diterapkan di Indonesia. Adanya batasan budaya dan agama sehingga peran manusia tidak bisa sepenuhnya digantikan Teknologi.

Peran manusia yang tidak bisa digantika teknologi disebut Intellectual Capital yang menghasilkan inovasi. Hybrid Business Model berbasis inovasi tersebut disebut sebagai Business Model 5.0. "Saya Insya Allah akan mematenkan teori ini, Alhamdulillah penelitian saya sudah terpublish di jurnal internasional," katanya.

Pemerintah Indonesia, bisa mulai memprioritaskan pengembangan intellektual capital sejak dini dalam mengantisipasi transformasi teknologi digital yang sangat cepat untuk menuju tahun 2021. Sedangkan untuk bisa membangun intelectual capital berupa oral, sikap, perilaku, tata krama, agama, integritas, serta kepatuhan pada aturan dan ketentuan, bisa mulai dibangun sejak pendidikan usia dini sampai Perguruan tinggi. 

Sebagai ilustrasi,  di lima negara dengan pendidikan terbaik di dunia yaitu Finlandia, Cina, Kanada, Korea Selatan dan Selandia Baru memiliki tingkat intelectual capital yang tinggi. Mereka menggunakan pola pendidikan seperti waktu belajar di sekolah yang hanya 3 hingga 4 jam per hari. 

Tidak ada rangking di sekolah, tidak ada ujian nasional, tidak ada pekerjaan rumah, menulis tetap menggunakan papan tulis, mendorong kreatifitas untuk menghasilkan inovasi dan penciptaan nilai. "Saya memprediksi, jika Busines Model 5.0 di implementasikan sejak sekarang, maka di tahun 2021 Indonesia akan sejajar dengan negara negara maju lainnya," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement