Sabtu 25 Jan 2020 12:42 WIB

Cara Nabi Muhammad Menyikapi Hoaks

Nabi Muhammad tak langsung percaya menerima berita, apalagi hoaks.

Cara Nabi Muhammad Menyikapi Hoaks. Foto: Berita Hoaks (Ilustrasi)
Foto: VOA
Cara Nabi Muhammad Menyikapi Hoaks. Foto: Berita Hoaks (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdul Syukur

Baca Juga

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa al-Harits bin Dhirar menghadap Nabi Muhammad SAW. Beliau mengajaknya untuk masuk Islam. Ia pun membaca syahadat sebagai ikrar keislamannya.

Rasulullah mengimbau al-Harits untuk membayar zakat. Ia pun menyanggupinya seraya berkata, "Ya Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat."

"Orang-orang yang mengikuti seruanku akan aku kumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya maka kirimkanlah utusan untuk mengambil zakat itu."

Setelah al-Harits mengumpulkan zakat dari para pengikutnya, dan waktu yang ditetapkan telah tiba, tak seorang pun utusan Rasulullah yang datang menemuinya untuk mengambil zakat itu.

Al-Harits mengira telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Rasulullah marah kepadanya. Ia pun mengumpulkan para tokoh dari kaumnya dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengutus seseorang untuk mengambil zakat yang telah aku kumpulkan, dan beliau tidak pernah ingkar janji.

Akan tetapi, aku tidak tahu mengapa beliau menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah beliau marah? Sebaiknya kita berangkat menghadap Rasulullah SAW!"

Sementara di pihak lain, Rasulullah pada waktu yang telah ditentukan sebenarnya telah mengutus al-Walid bin Uqbah bin Abi Muaith untuk mengambil zakat yang ada pada al-Harits.

Ketika al-Walid berangkat, di perjalanan ia merasa khawatir akan keselamatannya karena antara dia dan bani Mushthaliq pernah terjadi sejarah kelam pada masa jahiliyah sehingga ia pun pulang sebelum sampai ke tempat tujuan.

Al-Walid memberikan laporan palsu kepada Rasulullah bahwa al- Harits tidak mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkan mengancam akan membunuhnya.

Mendengar laporan itu, Rasulullah marah. Namun, beliau tidak lantas percaya begitu saja pada informasi dari al-Walid. Beliau mengutus seseorang kepada al-Harits untuk mencari informasi yang sebenarnya.

Di tengah perjalanan, utusan itu berpapasan dengan rombongan al- Harits dan para sahabatnya yang hendak menemui Rasulullah. Al- Harits bertanya kepada utusan itu, "Kepada siapa engkau diutus?"

Utusan itu menjawab, "Saya diutus kepadamu."

Al-Harits bertanya, "Mengapa?"

Utusan itu menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengutus al-Walid bin Uqbah. Namun, ia mengatakan bahwa engkau tidak mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkan bermaksud membunuhnya."

Al-Harits membantah informasi itu, "Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenarbenarnya, aku tidak melihat utusan Rasulullah dan tidak pula ada yang datang kepadaku."

Sesampainya di hadapan Rasulullah, al-Harits ditanya, "Mengapa engkau menahan zakat dan hendak membunuh utusanku?"

Al- Harits menjawab, "Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian."

Berdasar kisah ini, Allah kemudian menurunkan ayat yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang seorang fasik dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan." (QS al- Hujurat [49]: 6).

Kisah yang dikuatkan dengan firman Allah ini mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap semua informasi yang ada. Tujuannya tidak lain agar kita tidak terjerumus dan menjerumuskan orang lain pada musibah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement