Jumat 17 Jan 2020 12:07 WIB

UGM Kembangkan Alat Otentikasi Halal

UGM sukses mengembangkan lidah elektronik multi fungsi bernama Elto.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Dosen Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada dan peneliti di  Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM, Dr Kuwat Triyana,  menunjukkan electronic tongue atau elto yang dikembangkannya di Lab Fisika  Material dan Instrumental FMIPA UGM, Jumat (17/1).
Foto: dok. UGM
Dosen Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada dan peneliti di Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM, Dr Kuwat Triyana, menunjukkan electronic tongue atau elto yang dikembangkannya di Lab Fisika Material dan Instrumental FMIPA UGM, Jumat (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) dan peneliti di Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM, Dr Kuwat Triyana, sukses mengembangkan lidah elektronik multi fungsi bernama Elto. Salah satu fungsinya untuk otentikasi halal.

Kuwat mengatakan, lidah elektronik dapat pula mendeteksi keaslian makanan secara cepat, akurat dan portable. Termasuk, membuktikan keaslian produk-produk seperti kopi luwak dan air zam-zam.

Baca Juga

"Lalu, deteksi kontaminasi produk dan kehalalannya, deteksi narkotika dan lainnya, bekerja layaknya lidah kita," kata Kuwat di Lab Fisika Material dan Instrumental FMIPA UGM, Jumat (17/1).

Ia menerangkan, Elto bisa menganalisa berbagai macam rasa seperti pahit, asin, asam, manis dan gurih atau umami. Elto dibuat dengan komponen utama berupa larik sensor rasa.

Berfungsi sebagai elektroda kerja, elektroda referensi, sistem akusisi data dan sistem kecerdasan buatan (AI). Dihubungkan ke komputer atau ponsel cerdas Android secara nirkabel.

Kuwat menilai, hingga kini elto jadi lidah elektronik terkecil. Untuk mendukung portabilitas, alat memakai sumber energi satu baterai lithium 3.500 mAH yang bisa bertahan hingga 14 jam (nonstop).

 

Cara pengoperasian perangkat ini tergolong mudah. Sampel produk yang akan dideteksi cukup  dilarutkan atau diseduh dengan air atau alkohol, tergantung sifat sampelnya.

Selanjutnya, ujung larik sensor dicelupkan ke dalam larutan sampel tersebut selama 1-2 menit. Kemudian, data diproses berbasis AI dan dengan mudah diambil sebuah keputusan atas sampel tersebut.

"Hasilnya, tidak lebih dua menit sudah bisa dilihat di layar komputer atau perangkat berbasis Android apakah produk tersebut asli atau tidak, halal atau tidak, serta tingkatan kualitas tertentu," ujar Kuwat.

Selain mampu mendeteksi secara cepat, alat memiliki akurasi tinggi lebih dari 98 persen. Keunggulan lain yang membedakan dengan alat yang sudah ada di pasaran tentu Elto bersifat portable.

Bahkan, dapat terhubung secara nirkabel dengan perangkat berbasis Android dan komputer. Dapat pula terhubung ke jaringan internet dan memungkinkan dibawa untuk tes di berbagai tempat berbasis IoT.

Sebab, alat-alat lain yang ada dipasaran, produk luar negeri, memiliki dimensi yang besar seukuran meja. Sehingga, tidak bisa dipindah tempatkan dengan mudah. "Sedangkan, sistem akuisisi data dari elto memiliki dimensi hanya 105x73x35 milimeter," kata Kuwat, menjelaskan elto telah dikalibrasi dan diverifikasi di laboratorium universitas di Braganca, Portugal.

Elto dikembangkan sejak 2016 dengan menghabiskan biaya penelitian Rp. 200-an juta. Dibuat bersama tim mahasiswa Pascasarjana Fisika UGM yakni Shidiq Nur Hidayat, Trsina Julian, dan Aditya Rianjanu.

Saat ini, Elto telah masuk dalam proses paten dan dihilirkan lewat PT. Swayasa Prakasa. Targetnya, tahun ini akan distandardisasi dan 2021 bisa segera diluncurkan dan diproduksi secara massal. "Nanti kalau sudah produksi massal bisa lebih murah lagi, kalau produk impor itu dipasarkan per unitnya Rp 2,5 miliar, maka Elto hanya kurang Rp 25 juta," ujar Kuwat.

 

Selain mendeteksi keaslian produk, Elto mampu mendeteksi kualitas produk. Misal, pada teh hitam dan kakao, bisa diketahui kualitasnya apakah masuk tingkatan premium, sedang atau rendah.

Bahkan, bisa digunakan sebagai detektor kehalalan seperti gelatin dan kontaminasi dalam produk-produk makanan dan kosmetik. Kini, Elto sedang diuji untuk mendeteksi narkotika yang pengembangannya menggandeng Mabes Polri.

"Ke depan terus kita kembangkan tidak hanya untuk industri makanan, tapi untuk kepentingan diagnosis medis dan industri farmasi seperti deteksi penggunaan narkoba, tembakau gorila, lumpuh layu dan deteksi penyakit lain," kata Kuwat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement