Rabu 15 Jan 2020 09:43 WIB

Bagaimana Cara Shalawat yang Diajarkan Nabi Muhammad?

Para sahabat nabi menanyakan cara shalawat kepada Nabi Muhammad.

Bagaimana Cara Shalawat Kepada Nabi Muhammad? Foto: Ilustrasi santri sedang bershalawat.
Bagaimana Cara Shalawat Kepada Nabi Muhammad? Foto: Ilustrasi santri sedang bershalawat.

REPUBLIKA.CO.ID, Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati dan mencintai Rasulullah SAW. Bentuk kecintaan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan dengan beragam cara. Selain diwujudkan dengan mengikuti semua ajarannya, kepatuhan dan kecintaan kepada Rasulullah dapat diaktualisasikan dengan melantunkan shalawat untuknya.

Shalawat adalah doa dan permohonan agar diberikan syafaat kelak di akhirat. Sunah bershalawat bukan hanya terbatas untuk manusia, bahkan Allah dan para malaikat bershalawat untuk Rasulullah. Sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam. (QS. Al- Ahzab [33]: 56).

Baca Juga

Antusiame para sahabat untuk menghadiahkan shalawat kepada Rasulullah sangat tinggi. Diriwayatkan dari Ka’ab bin Ujrah, setelah ayat di atas diturunkan, para sahabat bergegas menanyakan ihwal cara bershalawat kepada Rasulullah.

Berbeda dengan tata cara menyampaikan salam, untuk urusan bershalawat para sahabat belum mengetahui secara persis. Kemudian, Rasululah mengajarkan shalawat Ibrahimiyyah. Shalawat yang di dalamnya bukan cuma menghadiahkan shalawat untuk Rasulullah, melainkan juga ditujukan untuk Nabi Ibrahim As dan segenap keluarganya.

Salinan lafal shalawat tersebut berbunyi, "Ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaluas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaluas."

Perhatian yang dicurahkan para sahabat tersebut menginsipirasi Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz untuk menuliskan seruan kepada segenap umat. Surat tersebut ditujukan kepada Ibnu Al-Jauzi. Catatan yang dibuat secara khusus untuk menyerukan kepada umat agar gemar dan memperbanyak bershalawat.

Apalagi, dikatakan sang Khalifah, umat Islam telah sibuk dengan aktivitas dan rutinitas duniawi sehingga melalaikan akhirat. Masyarakat lebih mengelu-elukan para pemimpin dan pejabat daripada menghormati dan mengagungkan Muhammad, Rasulullah SAW.

"Sampaikan surat saya kepada mereka dan serukan agar bershalawat kepada para nabi, serta berdoa untuk seluruh umat Islam, lalu hiraukan selain semua itu," tulis Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam surat itu.

Mengingat pentingnya bershalawat, para ulama mempunyai inisiatif untuk membuat dokumentasi tentang shalawat. Meski begitu, tulisan yang secara khusus membahas tentang shalawat sangat minim. Karena itu, kitab yang dikarang oleh imam Ismail bin Ishaq (282 H) bisa dikatakan sebagai referensi yang langka.

Selain belum terdapat kitab yang secara khusus memaparkan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan dan tata cara bershalawat, keberadaan naskah kitab ini cukup sulit ditemukan. Tidak hanya oleh sarjana Muslim, para peneliti Barat sekelas Brockleman saja luput menyertakan kitab ini ke dalam daftar penelitiannya.

Salah satu naskah yang cukup langka itu tersimpan di perpustakaan Adh-Dhahiriyah, Damaskus, Suriah. Walaupun tulisannya masih lumayan bagus, memang sayangnya, layaknya tradisi para penulis kitab di masa klasik, huruf yang dituliskan hampir nihil goresan titik pada huruf-huruf tertentu yang sejatinya memerlukan tanda tersebut.

Hal ini cukup berdampak pada tingkat kesulitan baik pada penulisan ulang naskah kitab atau membaca detail. Tetapi, yang menjadi catatan bagi kitab Fadl adalah sang penulis tidak mensyaratkan keabsahan dan kesahihan hadis yang dia nukil.

Tak jarang, hadis-hadis lemah dia cantumkan atau kadang pula mengutip atsar yang diriwayatkan dari sahabat ataupun tabiin. Untuk menjaga amanat ilmiah, Ismail Ibnu Ishaq tetap menyertakan sanad hadis ataupun atsar yang dia kutip.

Namun demikian, satu hal yang menjadi kelebihan Fadl As-Shalat, kitab ini secara turun- menurun dibacakan atau diriwayatkan oleh para ulama bermazhab Hanbali terutama dari kalangan Maqdis. Kitab ini pertama kali disalin oleh Syekh Abd Al Hamid Al-Maqdisi dan diserahkan kepada Imam Muwaffiq Ad-Din Ibnu Qudamah.

Kitab ini, lantas oleh saudaranya Ibnu Qudamah, Abu Umar Muhammad bin Ahmad bin Quddamah Al-Maqdisi, dibacakan kepada Syekh Al-Khafidh Abd Al-Ghani bin Abd Alwahid Al-Maqdisi. Dasar kuat inilah yang melatarbelakangi kesimpulan bahwa kitab yang mengupas tentang seluk beluk bershalawat ini murni karya imam Isma’il bin Ishaq Al-Qadli.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement