Jumat 03 Jan 2020 16:47 WIB

Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan

Alat ini juga dapat mendeteksi kategori kebakaran hutan tingkat tinggi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Asap dari kebakaran hutan Gunung Merapi Ungup-Ungup membubung ke udara di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (24/10/2019).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Asap dari kebakaran hutan Gunung Merapi Ungup-Ungup membubung ke udara di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (24/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekelompok mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menciptakan sistem pintar atau teknologi yang bernama Integrated Forest Fire Management System. Ini berupa alat yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mendeteksi kebakaran hutan.

“Cara kerja sistem ini adalah dengan memanfaatkan sensor LM35 dan sensor flame dengan menggunakan artificial intelligence sebagai pemroses data,” ujar perwakilan kelompok, Billy Aprilio.

Billy menerangkan, ide pembuatan Integrated Forest Fire Management System dilatarbelakangi dengan kondisi hutan Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) 2018, luas lahan berhutan di Indonesia mencapai 93,5 juta hektare.

Oleh karenanya, Indonesia kerap dianggap menjadi penyumbang terbesar kadar oksigen dunia. Selain itu, Indonesia juga diketahui sebagai negara ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis. "Namun kebakaran hutan, baik yang terjadi karena musim kemarau atau pembukaan lahan ilegal, menjadi masalah yang tak kunjung usai," ujar Billy,  Jumat (3/1).

Menurut dia, inovasinya bersama Yasril Imam dan Ulfah Nur Oktaviana ini dapat mengurangi perluasan dampak kebakaran. Pasalnya, inputan yang didapat dari teknologinya berupa temperatur suhu dan nyala api.

Adapun ihwal cara kerja, Billy menerangkan, sensor alat akan mendeteksi secara otomatis ketika terjadi kebakaran. Kemudian sistem akan memberikan perintah memompa air untuk disemprotkan ke titik terjadinya kebakaran.

Sementara untuk air, Billy mengungkapkan, ini didapatkan dari pembuatan penampungan embun alami. Lebih tepatnya memanfaatkan pemanen embun dengan jaring atau fog harvesting.

Menurut dia, penyemprot akan mengeluarkan air pada periode waktu tertentu. Kemudian alat akan melakukan pengecekan ulang terhadap suhu sekitar. Jika dinilai masih terdeteksi suhu tinggi, maka penyemprot akan diaktifkan kembali.

Inovasi Billy dan tim juga dapat mendeteksi kategori kebakaran hutan tingkat tinggi. Jika terjadi demikian, maka sistem secara otomatis akan mengirimkan sinyal tempat kebakaran pada komputer pusat. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kebakaran yang jauh lebih besar.

"Dan selanjutnya, hasil dari fog harvesting akan disalurkan ke tangki air (water tank) sebagai tempat penampungan," ujarnya.

Dengan adanya sistem pintar ini, Billy berharap, dapat membantu meminimalisasikan terjadinya kebakaran hutan besar. Mereka berharap teknologi ini bisa segera direalisasikan dalam waktu dekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement