Senin 06 Jan 2020 18:28 WIB

Pakar UGM Sumbang Masukan Atasi Banjir

Saluran drainase harus lebih diperkuat strukturnya dengan beton agar tahan erosi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bencana banjir telah melanda banyak daerah di Tanah Air beberapa hari terakhir. Sejumlah pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memberikan masukan mengatasi banjir melalui model pengendalian air secara terpadu.

Pakar teknik sumber daya air UGM, Prof Budi Santoso Wignyosukarto menilai, pengelolaan banjir merupakan salah satu bagian dari pengelolaan sumber daya air. Karenanya, harus dilakukan terpadu secara hidrologis, mulai hulu sampai hilir. 

"Kenapa harus dikelola secara terpadu karena ada konflik nilai sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik di dalamnya," kata Budi, Senin (6/1).

Budi mengatakan, banjir di Jakarta, misal, terjadi akibat curah hujan yang cukup tinggi dan drainase internal tidak mampu mengalirkan air dengan baik. Jadi, harus dilakukan manajemen air secara baik.

Selain itu, manajemen penggunaan tanah untuk daerah-daerah resapan air dan manajemen manusia dalam mengelola sumber daya air diperlukan. Soal langkah normalisasi, ia merasa itu dapat pula menjadi salah satu langkah mengatasi.

Untuk mendukung normalisasi, ia menyarankan ke depan saluran drainase harus lebih diperkuat strukturnya dengan beton agar tahan erosi. Naturalisasi disebut dapat pula menjadi cara mengatasi banjir.

"Namun, perlu diingat untuk membuat saluran naturalisasi dengan debit besar membutuhkan tampang luas, dan apakah Jakarta bisa membuat tampang lebar dengan memindahkan penduduk di tepi sungai," ujar Budi.

Selain itu, ada sistem polder yang merupakan kombinasi tanggul dan pompa. Konsep ini bisa dipakai di sejumlah tempat dengan ketinggian muka air tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

"Usaha lain untuk mengurangi banjir dengan memperbanyak ruang terbuka hijau untuk daerah resapan," kata Budi.

Sementara, pakar hidrologi UGM, Prof Nur Yuwono menuturkan, perlu diubah konsep pemikiran dalam penyelesaian persoalan banjir. Anggapan air barang yang tidak berguan perlu diubah jadi barang yang miliki nilai kemanfaatan tinggi.

Untuk itu, perlu pengendalian banjir dengan pengelolaan sumber daya air. Demi mengatasi banjir, Nur menyebut, bisa dengan menangani air dari sumbernya, penanganan hujan lokal dengan sistem jaringan, dan harus terintegrasi.

"Kesadaran masyarakat di daerah tangkapan air juga perlu dibangun," ujar Nur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement