Rabu 18 Dec 2019 18:58 WIB

Sekolah Sambil Menghafal Alquran di Syafana Islamic School

Syafana Islamic School ingin mencetak penghafal Alquran yang menguasai iptek.

Belajar sambil menghafal Alquran di Syafana Islamic School.
Foto: Syafana Islamic School
Belajar sambil menghafal Alquran di Syafana Islamic School.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Syafana Islamic School merupakan sekolah umum bertaraf internasional yang mencetak anak-anak penghafal Alquran. Dalam mendidik siswa dan siswinya, Syafana Islamic School menggunakan kurikulum Cambridge, Al-Azhar Mesir dan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Syafana Islamic School ingin mencetak anak-anak penghafal Alquran yang menguasai ilmu pengetahuan umum dan teknologi (iptek). Karena itu sekolah ini memadukan sekolah umum dengan program menghafal Alquran.

Hal yang paling menarik kondisi psikologi anak-anak sangat diperhatikan agar tidak terbebani dengan berbagai kewajiban belajarnya. Justru anak-anak dibuat menyukai apapun yang mereka pelajari. Aktivitas bermain dan belajar anak-anak dimanajemen dengan begitu baik agar seimbang.

Managing Director Syafana Islamic School, Nanang Firdaus Masduki Lc menyampaikan, umumnya anak-anak yang menghafal Alquran meninggalkan pelajaran umum lain untuk bisa fokus menghafal Alquran. Namun metode seperti ini memiliki kelemahan, ketika anak-anak penghafal Alquran terjun ke tengah masyarakat, mereka akan kaku karena kurangnya waktu dan proses melatih kemampuan interaksi serta sosial mereka.

Menurutnya, anak-anak penghafal Alquran seharusnya menjadi manusia yang selalu bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat. "Maka dia harus tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan masyarakat, punya kemampuan sosial, menguasai ilmu pengetahuan umum dan menguasai teknologi," kata Nanang saat diwawancarai Republika, Selasa (17/12).

Menurutnya, untuk mencetak generasi penghafal Alquran yang bisa menguasai ilmu pengetahuan umum dan teknologi secara bersamaan, maka harus membuat pendekatan baru. Berdasarkan hasil studi banding ke berbagai negara, Syafana Islamic School menerapkan program menghafal Alquran 30 juz sejak dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu, Syafana Islamic School menjadi sekolah umum pertama yang memfasilitasi anak-anak untuk menghafal Alquran. Siswa dan siswi bisa belajar sains, matematika, teknologi, ilmu sosial dan lain sebagainya sambil mengikuti program menghafal Alquran tanpa harus mondok di pesantren.

Syafana Islamic School melihat memang ada orang tua yang ingin anaknya menjadi penghafal Alquran, tapi orang tua tersebut tidak ingin berpisah dengan anaknya dalam waktu lama. Sebab kalau anak-anak dimasukkan ke pondok pesantren akan berpisah dengan orang tuanya.

"Memang ada orang tua yang tidak siap anaknya mondok di pesantren, yang punya anak satu-satunya. Di sini (Syafana Islamic School) anak-anak bisa belajar Alquran, belajar ilmu pengetahuan umum, bisa punya waktu bersama orang tua, anak-anak masih bisa bermain di lingkungan sekolah dengan fasilitas yang lengkap," ujarnya.

Wisuda tahfidz Alquran Syafana Islamic School

Dari total 2000 siswa ada 150 siswa/i Syafana Islamic School tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengikuti program menghafal Alquran 30 juz. Siap semester mereka mengikuti wisuda program menghafal Alquran. Program menghafal 30 juz ini adalah program pilihan diluar program tahsin reguler satu juz pertahun yang wajib dikuasai oleh setiap siswa.

Pada setiap semester anak-anak mampu menghafal sekitar 5 juz sampai 10 juz Alquran. Belum lama ini tepatnya pada 14 Desember 2019, Syafana Islamic School menggelar wisuda untuk anak-anak penghafal Alquran. Di antara mereka ada yang sudah hafal 5 juz, 10 juz, 15 juz dan 20 juz. Selama hampir dua tahun program ini dilaksanakan, sudah ada anak yang hafal 24 juz.

Nanang menegaskan, meski mereka mengikuti program menghafal Alquran, siswa dan siswi tidak ketinggalan di pelajaran umum. Justru mereka semakin berprestasi dalam bidang dan bakatnya.

"Sekarang ada 150 siswa dan siswi yang ikut program menghafal Alquran, semester depan akan ada 200 anak, setiap satu semester menerima 50 anak, hanya anak Kelas 3 SD ke atas yang bisa daftar program menghafal Alquran," kata Nanang.

Managing Director Syafana Islamic School ini menjelaskan, program menghafal Alquran sifatnya pilihan, karena orang tua dan anaknya harus berkomitmen dalam mengikuti program ini. Sebab tidak mudah mengantarkan anak ke sekolah agar anak sampai di sekolah jam 04.45 WIB apalagi jika rumahnya jauh dari sekolah.

Siswa dan siswi yang mengikuti program menghafal Alquran datang ke sekolah jam 04.45 WIB, selanjutnya mereka melaksanakan shalat Subuh di masjid sekolah. Jam 05.00 WIB sampai jam 08.00 WIB mereka belajar menghafal Alquran. Saat menghafal Alquran tidak harus selalu di dalam kelas supaya anak-anak tidak jenuh.

"Jam 05.00 sampai jam 08.00 ada yang menghafal Alquran, ada yang murojaah, dan lain-lain. Jam 08.00 masuk kelas untuk belajar ilmu pengetahuan umum, belajar matematika, sains dan yang lainnya dengan pengantar bahasa Inggris dan Arab," ujar Nanang.

Nanang menjelaskan, selama menghafal Alquran dari jam 05.00 WIB sampai jam 08.00 WIB, setiap satu jam menghafal istirahat selama 15 menit. Saat waktu istirahat tiba, anak-anak disuruh bermain menggunakan fasilitas bermain yang cukup lengkap di sekolah. Metode ini diterapkan karena ternyata konsentrasi anak-anak tidak bertahan lama. Maka ketika anak-anak sudah merasa bosan, mereka disuruh bermain dan istirahat.

Aktivitas anak-anak dibuat seimbang, sehingga masa kecilnya tetap memiliki pengalaman bermain. Jadi anak-anak di beri waktu untuk olah raga dan bermain secara teratur. Mereka bisa berenang, main gitar, memainkan berbagai macam alat musik, papan panjat, basket, futsal, outbound, playground, kasti dan lain sebagainya.

photo
Belajar sambil menghafal Alquran di Syafana Islamic School.

Dampak positif program Menghafal Alquran

Siswa dan siswi yang mengikut program menghafal Alquran semakin baik prestasinya dan sembuh dari ketergantungan terhadap gadget atau gawai. Cukup banyak peserta program penghafal Alquran yang menjadi juara di kompetisi tingkat sekolah, nasional dan internasional.

Nanang menyampaikan, tidak heran jika anak-anak penghafa Alquran bisa memiliki prestasi yang luar biasa di berbagai bidangnya. Sebab setelah mempelajari tokoh-tokoh Muslim yang menjadi penemu seperti Ibnu Sina, Ibnu Hayyan, Ibnu Firnas, al-Khawqrizmi dan lain-lain. Ternyata hampir semua para tokoh dan penemu itu sudah hafal Alquran sejak usia dini, meski mereka bukan orang Arab.

Seperti diketahui program menghafal Alquran dimulai jam 05.00 WIB sampai jam 08.00 WIB. Sementara kegiatan sekolah dimulai jam 08.00 WIB sampai jam 15.00 WIB. Orang tua harus berkomitmen agar anak-anak mereka maksimal jam 21.00 WIB harus sudah tidur. Karena jam 04.00 WIB harus bangun untuk bersiap berangkat ke sekolah.

"Para orang tua bilang setelah shalat Isya biasanya anak-anak main gadget sampai sekitar jam 23.00 WIB, setelah ikut program menghafal Alquran, anak-anak tidur setelah shalat Isya, jadi ketergantungan anak terhadap gadget berkurang," ujar Nanang.

Dia menyampaikan bahwa setelah diterapkan program menghafal Alquran hasilnya sangat positif. ternyata siswa dan siswi yang mengikuti program ini tidak tertinggal di pelajaran umum meski setiap pagi waktu dan energi mereka digunakan untuk menghafal Alquran.

Siswa dan siswi yang masuk sekolah jam 07.00 WIB biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk bisa konsentrasi dan siap belajar. Sementara mereka yang ikut program menghafal Alquran sudah beraktivitas sejak waktu Subuh, sehingga saat masuk kelas jam 08.00 WIB langsung siap belajar dan konsentrasi.

"Kemampuan anak-anak penghafal Alquran luar biasa, ada yang juara kompetisi robotik tingkat dunia, juara lomba spelling bee dan juara di lomba-lomba lainnya," ujar Managing Director Syafana Islamic School ini.

Semua anak pintar

Syafana Islamic School tidak menggunakan ranking dan angka dalam memberikan penilaian kepada siswa dan siswinya karena semua anak pintar di bidangnya masing-masing. Penilaian terhadap siswa dan siswi menggunakan penjelasan tertulis tanpa angka-angka yang digunakan untuk menilai kemampuan anak.

Nanang menjelaskan, ada dua raport di Syafana Islamic School yakni raport sekolah yang menggunakan penjelasan tertulis tanpa angka-angka untuk menilai kemampuan anak, dan raport Sisdiknas yang ada angka-angka nilainya.

"Dalam raport sekolah dijelaskan tentang perkembangan anak di sekolah kepada orang tuanya, orang tuanya diberi tahu apa yang harus diperbaiki oleh anaknya, supaya orang tua tahu lebih awal bakat anaknya sehingga bisa diarahkan sejak dini," ujarnya.

Director Syafana Islamic School ini menjelaskan, kelemahan sekolah di Indonesia pada umumnya tidak mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa dan siswinya. Di dalam ruangan kelas pintar tapi di depan publik belum tentu bisa memiliki kemampuan dan keberanian untuk tampil.

Di sekolah pada umumnya kemampuan siswa dan siswi diukur oleh angka-angka, anak dengan angka tertinggi bisa tampil dan anak degan angka rendah menjadi penonton. Sehingga muncul kategori anak pandai dan tidak pandai.

"Di Syafana Islamic School setiap pekan dan bulan ada kegiatan yang mendorong kepercayaan diri anak-anak, di sini siswa dan siswi tampil semua karena semuanya punya hak yang sama untuk tampil dan tidak ada anak yang jadi penonton," jelasnya.

Nanang menerangkan, kalau ada anak minatnya menghafal Alquran maka tampil menunjukan hafalannya. Kalau ada anak minatnya bermain musik, pencak silat dan lain sebagainya, maka pihak sekolah memfasilitasi mereka untuk tampil menunjukan kelebihannya masing-masing. Jadi semua siswa dan siswi Syafana Islamic School pintar, tidak ada anak yang bodoh dan hanya menjadi penonton.

"Kita juga banyak kegiatan, ada hari wirausaha, hari inovasi masa depan, setiap bulan anak-anak tampil dengan proyeknya masing-masing, anak-anak bisa presentasi dengan bahasa Inggris untuk menjelaskan proyek dan hasil penelitiannya," ujarnya.

Nanang menambahkan, sebanyak 60 guru atau tenaga pengajar keislaman di Syafana Islamic School lulusan Al Azhar Universiti Mesir. Guru dalam program penghafal Alquran harus hafal 30 juz dengan pendidikan minimal S1. Setiap guru yang hafal Alquran mengajari 10 anak di program penghafal Alquran. Sekolah menyiapkan guru pengganti yang juga hafal Alquran kalau guru utama berhalangan hadir.

"Di Syafana Islamic School sebanyak 60 guru agama lulusan Al Azhar Mesir, guru pelajaran umum berasal dari UIN, UNJ, UPI, ITB dan UI, juga ada native speaker guru bahasa Arab dan Inggris," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement