Rabu 18 Dec 2019 00:18 WIB

Sudah Seribuan Mahasiswa Asing Belajar di UAD

UAD juga terus melakukan pertukaran mahasiswa ke luar negeri.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kampus Universitas Ahmad Dahlan
Foto: .
Kampus Universitas Ahmad Dahlan

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Ahmad Dahlan (KUI UAD), Ida Puspita mengatakan, UAD aktif mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri. Tidak hanya program pertukaran pelajar, namun juga penelitian dan pengabdian ke luar negeri. 

Saat ini, sudah ada sekitar 1.140 mahasiswa asing dari berbagai negara yang melakukan pertukaran pelajar di UAD. Sebagian besar, kata Ida, merupakan mahasiswa asal China. 

 

"Tiongkok menjadi negara terbanyak yang mengirimkan mahasiswanya untuk belajar Bahasa Indonesia di Program Studi Sastra Indonesia," jelasnya. 

 

Menurut Ida, dengan adanya pertukaran mahasiswa ini, membuktikan kemampuan mahasiswa UAD sudah tidak diragukan lagi. Sebab, mahasiswa-mahasiswa tersebut mampu bersaing dengan mahasiswa lain dari berbagai universitas di dunia. 

 

“UAD tidak hanya melakukan program pertukaran mahasiswa ke beberapa negara saja, tetapi secara rutin mengirimkan alumni UAD sebagai tenaga pengajar Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris ke negara-negara Asean seperti Thailand,” katanya.

 

Hal itu dilakukan dalam rangka mewujudkan internasionalisasi. Terlebih, di era revolusi industri 4.0 saat ini sangat penting bagi sebuah universitas untuk menciptakan kampus yang berskala internasional. 

 

"Dalam rangka bring UAD to the world and the world to UAD, menjadikan seluruh civitas bersinergi penuh dengan mendukung kegiatan mahasiswa dan dosen berupa pertukaran pelajar, penelitian dan pengabdian di luar negeri," kata Ida di Kampus Utama UAD, Bantul, belum lama ini. 

 

Menurutnya, internasionalisasi ini sebagai proses mengintegrasikan dan menginternasionalisasi kebudayaan di seluruh negara. Selain itu, juga sebagai wadah untuk bertukar pikiran baik mahasiswa maupun dosen dengan civitas akademika luar negeri. 

 

"Tidak semua mahasiswa mampu memperoleh pengalaman belajar ke luar negeri, mengharuskan perguruan tinggi memberikan wadah dengan mengoptimalisasi apa yang dimiliki seperti dengan internalization at home," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement