Kamis 12 Dec 2019 09:57 WIB

Haedar Nashir Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UMY

Haedar Nashir menekankan, Indonesia harus mampu menyelesaikan masalah radikalisme.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Haedar Nashir dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (12/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Haedar Nashir dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Cendekiawan Muslim Indonesia, Haedar Nashir, dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam pengukuhannya, Haedar membawakan pidato berjudul Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi.

Judul pidato pengukuhan itu hampir sama dengan satu buku tulisannya berjudul Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi. Karenanya, ia mengaku tidak akan membacakan penuh isi pidato yang ditulisnya.

Ia menekankan, Indonesia harus mampu menyelesaikan masalah-masalah radikalisme dalam dunia politik, ekonomi, budaya dan keamanan dan lain-lain. Tapi, Haedar menegaskan, wajib dilakukan secara moderat.

"Mari kita akhiri deradikalisasi dan kita ganti dengan moderasi," kata Haedar di Sportorium UMY, Kamis (12/12).

Haedar berpendapat, radikal dalam jangka pendek memang bisa dilawan secara radikal, tapi akan menimbulkan radikalisme baru. Karenanya, ia menawarkan penanggulangan radikal yang dilaksanakan secara moderat.

Pengukuhan dihadiri tokoh-tokoh nasional, mulai dari Jusuf Kalla, Syafii Maarif, Malik Fadjar, Zulkifli Hasan, Ahmad Basarah, Hasto Kristiyanto, Ryamizard Ryacudu, dan Ali Taher Parasong. Ada pula Fachrul Razi, Sjafruddin, Susi Pujiastuti, Muhadjir Effendy, Busyro Muqqodas dan lain-lain. Hadir pula tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Siti Noordjannah Djohantini dan Ketua-Ketua PP Muhammadiyah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement