Rabu 11 Dec 2019 08:04 WIB

FSGI Minta Kurikulum SMK Direvisi Total

Selama ini lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar pengangguran

Rep: Mabruroh/ Red: Nidia Zuraya
Pelajar SMK mengikuti ujian semester sekolah menggunakan gawai berbasis android (foto ilustrasi). Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta kurikulum SMK direvisi total.
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Pelajar SMK mengikuti ujian semester sekolah menggunakan gawai berbasis android (foto ilustrasi). Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta kurikulum SMK direvisi total.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi penyumbang angka pengangguran. Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kesalahan terletak pada kurikulum SMK itu sendiri sehingga menyebabkan kurangnya mutu para siswa lulusan SMK.

“SMK adalah pemasok angka pengangguran tertinggi di Indonesia,” kata Sekjen FSGI, Heru Purnomo dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (11/12).

Baca Juga

Heru berujar, bagaimana mungkin lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar pengangguran. Jawabannya karena SMK kekurangan guru mata pelajaran produktif, minimnya laboratorium atau bengkel atau sarana pendukung bagi SMK, serta kurikulum SMK yang tidak relevan dengan kebutuhan dunia industri saat ini.

“Bahkan pendirian SMK swasta bermunculan bak cendawan musik hujan dengan minimnya pengawasan  dan minimnya ketersediaan calon guru matpel produktif di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan),” terangnya

Oleh karenanya lanjut Heru, PSGI sangat mendukung Mendikbud Nadiem Makarim agar membenahi kurikulum SMK agar link and match dengan kebutuhan industri.

“Kami mendukung Mas Nadiem membenahi kurikulum SMK agar link and match dengan kebutuhan dunia industri. Tentunya mempertimbangkan karakteristik SMK dan koteks daerah tempat SMK berdiri,” kata dia.

Adapun jumlah SMK swasta di Indonesia sekitar 10.500 sekolah, sedangkan SMK negeri sekitar 3.500 sekolah. Tetapi lulusan SMK negeri lebih banyak dibandingkan lulusan SMK swasta.

Sekali lagi ia menegaskan bahwa FSGI sengat mendukung Mendikbud untuk fokus merevisi kurikulum SMK, bukan SD, SMP, dan SMA. Karena menurut Heru, persoalan Kurikulum 2013 di SD sampai SMA adalah pada implementasi dan beban guru yang tinggi dalam menyiapkan dokumen pembelajaran, termasuk penilaian.

“Maka solusi persoalan Kurikulum 2013 adalah merdekakan guru dari administrasi pembelajaran yang membebani dan perbaikan format dan konten pelatihan guru,” kata Heru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement