Senin 09 Dec 2019 15:05 WIB

Profesor UMS Kembangkan Kurkumin untuk Kemoterapi

Muhammad Da'i, profesor UMS membacakan pidato mengenai senyawa kurkumin untuk kanker.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Muhammad Da'i, profesor UMS membacakan pidato mengenai senyawa kurkumin untuk kanker saat pengukuhan guru besar. FotoKemoterapi (Ilustrasi)
Foto: Google
Muhammad Da'i, profesor UMS membacakan pidato mengenai senyawa kurkumin untuk kanker saat pengukuhan guru besar. FotoKemoterapi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kini memiliki dua guru besar di Fakultas Farmasi. Kedua guru besar tersebut yakni Muhtadi dan Muhammad Da'i. Muhtadi menjadi profesor di bidang Biologi Farmasi, sedangkan Muhammad Da'i menjadi profesor di bidang Ilmu Farmasi.

Baca Juga

Pengukuhan Muhtadi dan Muhammad Da'i sebagai guru besar dilaksanakan di Auditorium Muh Djazman UMS Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (7/12). Berdasarkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan guru besar, Muhtadi menjadi profesor pertama di Fakultas Farmasi UMS, sedangkan Muhammad Da'i menjadi yang kedua.

Muhammad Da'i membacakan pidato pengukuhan berjudul Eksplorasi Agen Kemoterapi Non Toksik: Kajian Terhadap Riset Kurkumin, Turunan dan Analog Kurkumin, serta Senyawa Lain Bersumber dari Tanaman.

Muhammad Dai menjelaskan, pendekatan penyembuhan dengan senyawa obat (kemoterapi), menjadi salah satu bentuk pengobatan yang paling efektif. Pendekatan ini banyak digunakan dalam pengobatan kanker, baik sendiri, kombinasi ataupun sebagai adjuvan pengobatan kanker dengan metode lain seperti pembedahan dan radiasi.

"Agen kemoterapi yang saat ini digunakan, bersifat tidak selektif dan berefek pada sel normal yang menyebabkan efek buruk seperti terjadinya kelelahan, mual, rambut rontok, dan muntah atau bahkan kematian dalam kasus yang ekstrem," kata dia.

Beberapa agen kemoterapi merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan dan dilakukan modifikasi. Kurkumin merupakan salah satu bahan alam yang banyak diperoleh dari rimpang tanaman Curcuma longa.

Kurkumin sebagai antikanker telah banyak diulas dan menunjukkan berbagai jalur dan mekanisme penghambatan sel kanker. Kurkumin memiliki keterbatasan untuk dikembangkan sebagai sediaan obat, antara lain kurkumin mudah mengalami reaksi degradasi yang disebabkan oleh adanya gugus metilen aktif pada senyawa tersebut.

Berbagai aktivitas kurkumin menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan sebagai antikanker. Kurkumin memiliki kelemahan utama pada aspek stabilitas dan bioavailibilitas. Kurkumin dihilangkan dengan cepat dari tubuh, dengan sebagian besar diekskresikan dalam feses, metabolit glukuronida dan sulfatnya dalam urin.

Muhammad Da'i menyimpulkan, tanaman Indonesia mengandung senyawa-senyawa yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoterapi yang bersifat non toksik, selektif dan aman. Modifikasi senyawa dari tanaman menjadi turunan dan analognya dapat meningkatkan sifat farmakologis, fisik dan kimia dari senyawa induk.

Pengembangan kurkumin menjadi Pentagamavunon-1 dapat menjadi model pengembangan senyawa dari tanaman Indonesia untuk dijadikan sebagai agen kemoterapi. Untuk meningkatkan sifat farmaklogis, sifat fisik dan sifat kimia senyawa tersebut dapat pula dilakukan dengan perbaikan formula antara lain dengan teknik nanoformulasi maupun dengan formulasi untuk terapi tertarget. Pemanfaatan dari senyawa-senyawa tersebut dapat dimanfaatkan baik sebagai kombinasi maupun sebagai agen tunggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement