Kamis 05 Dec 2019 16:24 WIB

Putri Yasmin dan Cinta Duniawi

Putra putri harus diajarkan mandiri dan nilai agama sehingga tak terjebak cinta dunia

Muslimah (ilustrasi). Putra putri harus diajarkan mandiri dan nilai agama sehingga tak terjebak cinta dunia
Foto: Mgrol120
Muslimah (ilustrasi). Putra putri harus diajarkan mandiri dan nilai agama sehingga tak terjebak cinta dunia

Kisah Aladdin dan 1001 malam lainnya sudah saya baca dan sukai sejak awal SD. Ketika film animasinya muncul, lagu yang sangat membekas di hati saya adalah A Whole New World (AWNW), walaupun lagu lainnya juga sangat saya nikmati.

Mengapa saya jatuh cinta pada AWNW? Saat mendengarnya, saya memosisikan diri sebagai Putri Yasmin. Putri sultan yang kaya, cerdas, memiliki segalanya, tapi tak bisa ke mana pun, dan tak punya hak dan teman bicara.

Itulah sebabnya, ketika Aladdin yang menyamar sebagai Pangeran Ali muncul di balkon kamarnya dan menyatakan, "I can show you the world...," lalu menunjukkan dunia dengan karpet ajaib, cintanya langsung tumbuh.

Fenomena yang dialami sang putri ini banyak terjadi di sekitar kita. Banyak perempuan yang dengan mudah terbujuk rayuan pria, hanya karena sang pria menjanjikan jalan keluar dari masalah, atau hal-hal yang tak dimiliki/belum pernah dilakukannya (harta benda, ketenaran, perjalanan lintasnegara, dan sebagainya).

Namun, tak seperti sang putri yang kisahnya berakhir bahagia, kejadian di sekitar kita kerap berakhir duka. Terjebak dalam perdagangan orang dan prostitusi adalah yang terbanyak di antaranya, selain terlibat dalam berbagai usaha terlarang lainnya.

Bagaimana mencegahnya? Ajarkan putra-putri kita untuk mandiri sedini mungkin. Biasakan mereka untuk menyelesaikan sendiri masalahnya, tanpa bergantung pada orang tua, atau lainnya. Berikan mereka pengetahuan tentang pemecahan masalah, dengan mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya.

Dengarkan dan hargai pendapat mereka. Ajaklah berdiskusi, agar mereka sadar bahwa suaranya bisa memberi arti dan mempengaruhi orang lain. Bersabarlah ketika mereka sedang berpikir untuk mencari solusi, jangan terburu memberikan kunci.

Posisikanlah seolah kita tak lagi mampu mendampingi, hingga mereka wajib berjuang sendiri. Yakinlah, tak ada seorang pun yang tahu umurnya, dan sewaktu-waktu kita akan dipanggil, meninggalkan semuanya, termasuk anak-anak kita. Tugas orang tua adalah menyiapkan anak-anaknya menjadi pejuang tangguh, di saat mereka kelak tiada.

Tanamkan juga kepada mereka tentang nilai-nilai agama dan kecintaan hakiki terhadap akhiratnya, tak semata mengejar dunia yang fana. Fasihkan mereka untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai kebenaran, serta menjauhi kebathilan, membantu yang lemah, dan tak memuja selain pada Allah SWT. Ingatlah, orang tua tak mampu mengawasi 24 jam, jadi pahamkan dan doakan mereka, agar Allah SWT menjaganya di mana pun dan kapan saja.

Jika mereka sudah terbiasa berjuang dan mandiri, maka takkan mudah tergoda dengan berbagai tawaran/ajakan yang menghampiri. Seribu Pangeran Ali bisa datang dan menyatakan, "I can show you the world." Tapi mereka dapat menjawab dengan tegas,"Do you have anything else, besides the world?"@fa.

Pengirim: Fithriyah,

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement