Kamis 05 Dec 2019 07:17 WIB

Delapan Perguruan Tinggi Indonesia Peroleh Hibah Rp 1,1 M

Proyek tersebut diharapkan dapat membangun kapasitas terkait disaster awareness.

Rep: my28/ Red: Fernan Rahadi
Konferensi pers kegiatan Hibah Erasmus+ kepada UAD di Kampus Utama UAD, Yogyakarta, Selasa (3/12).
Foto: Hilyatul Asfia
Konferensi pers kegiatan Hibah Erasmus+ kepada UAD di Kampus Utama UAD, Yogyakarta, Selasa (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Hibah Erasmus+ dari Uni Eropa untuk kedua kalinya diberikan dengan total pendanaan 1,1 miliar rupiah selama tiga tahun (2019-2022). Pendanaan tersebut diberikan kepada delapan Perguruan Tinggi (PT) terpilih di Indonesia meliputi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), President University, Universitas Andalas, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Surabaya, Universitas Khairun Ternate, dan Universitas Muhammadiyah Palu.

Perwakilan dari University of Gloucestershire UK yang merupakan Koordinator project Erasmus+ GITA dan BUiLD, Nadine Sulkowski, mengatakan program hibah kali ini bertemakan Building Universities in Leading Disaster Resilience (BUiLD).

Nadine menjelaskan melalui pelaksanaan proyek tersebut, diharapkan dapat membangun fasilitas dan kapasitas berkaitan dalam upaya membangun disaster awareness oleh masyarakat.

“Melalui project ini akan tercipta konsolidasi riset yang merespons konsep baru dalam menanggapi sebuah bencana yang terjadi”, ujarnya kepada media saat konferensi pers kegiatan Hibah Erasmus+ kepada UAD di Kampus Utama UAD, Yogyakarta, Selasa (3/12).

Nadine juga menjelaskan bahwa tahun lalu pendanaan telah dilakukan untuk program entrepreunership.  Namun, berangkat dari keresahan dan keinginan para anggota konsorsium pada rapat sebelumnya melihat bencana yang terjadi di Indonesia, khususnya Tahun 2018. Sehingga, program hibah tahun ini ditujukan untuk penguatan peran universitas dalam kesadaran menanggapi bencana yang terjadi kepada masyarakat.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Wiryono Raharjo menjelaskan project konsorsium tersebut sebenarnya menjadi tantangan bagi universitas terpilih dalam menciptakan pengembangan misal kurikulum bencana, metode pendidikan, bukan membentuk brand baru melainkan mengembangkan yang sudah ada. 

Dirinya juga menyambut baik terbentuknya konsorsium tersebut, mengingat kerentanan Indonesia terhadap potensi bencana dengan karakteristik berbeda di setiap wilayahnya. 

Koordinator project dari UAD sekaligus Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, Ida Puspita mengatakan program tersebut nantinya akan berfokus pada peran universitas terhadap pengembangan kesadaran bencana disaster awareness serta kemampuan menanganinya (masa mitigasi dan masa pemulihan).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement