Selasa 03 Dec 2019 20:12 WIB

Go Hara, Idol Kpop yang Berakhir Tragis, Layakkah Jadi Idola

Orang beriman tidak pantas menjadikan Idol KPop sebagai idola di dunia

Artis Korea Goo Hara.
Foto: AP
Artis Korea Goo Hara.

Penyanyi Goo Hara ditemukan meninggal dunia di rumahnya kawasan Cheongdam, Seoul, Ahad (24/11) pukul 18.00 waktu setempat. Pihak kepolisian Gangnam Seoul masih melakukan investigasi penyebab kematian artis Kpop tersebut.

Hara sempat dikabarkan melakukan upaya bunuh diri pada Mei 2018. Dikutip dari Tribun, Setelah menjalani masa pemulihan selama enam bulan, Goo Hara sempat naik panggung kembali. Penyanyi kelahiran 13 Januari 1991 itu merilis single Midnight Queen dan melakukan tur selama empat hari di Jepang pada 14-19 November 2019.

Namun takdir berkata lain, Goo Hara ditemukan tidak bernyawa di kediamannya oleh seorang temannya yang langsung menghubungi pihak berwenang.

Sisi Kelam Nasib Idol Kpop

Baru sebulan kepergian Sulli, publik kembali dikejutkan dengan kabar kematian Goo Hara Eks personel Kara ini juga ternyata sekaligus sahabat Sulli. Hara tercatat sebagai artis ketiga Korea yang meninggal dunia sepanjang tahun 2019 yang diduga karena depresi.

Tuntutan besar para Idol kpop untuk tampil paripurna didepan penggemar ataupun layar TV juga socmed baik dari segi fisik, goodlooking, tidak dapat melarikan diri dari tekanan hidup hingga standar publik, terutama ketika mereka sudah merasakan ketenaran. hingga tak jarang semua yang mereka lakukan akan selalu menjadi sorotan  hingga hujatan dari netizen yang membuat para Idol Kpop ini depresi.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Phenomenological Psychology menuliskan, selebriti bisa mengalami beban ketenaran yang membuat mereka sulit menjadi diri sendiri. Mereka harus membagi kepribadian, satu untuk tampil di depan umum dan lainnya ketika bersama teman atau keluarga.

Beban ketenaran itu membuat tak terkecuali idol kpop seperti terisolasi. Sulit bertemu keluarga, tak mudah percaya dengan orang lain dan sering alami stres hingga depresi. Yang berakhir dengan mengakhiri hidup mereka sendiri karena sudah tak sanggup menanggung beban hidup sebagai Idol Kpop.

Benarkah Mereka yang Pantas Menjadi Idola?

Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi Idol Kpop tak seindah yang dibayang kebanyakan orang. Pun dengan kalangan yang sangat mengidolakannya. Semua tak seperti yang dibayangkan oleh para penggemarnya. Banyak sisi kelam menjadi Idol Kpop, mereka tak segan menjual masa mudanya juga hidup nya agar memuaskan industri kapitalisme.

Sebagai seorang muslim kita seharusnya tahu betul bahwa para Idol Kpop tidak beriman kepada Allah SWT, mereka tidak mengenal penggemarnya. Mereka akan peduli dan tersenyum lebar menyapa penggemarnya karena para penggemarnya yang membeli album, tiket konser hingga produk mereka.

Dan itu sangat menguntungkan para Idol Kpop dan managemennya karena disitulah mereka banjir meraup pundi-pundi uang. Siapa yang sebenarnya diuntungkan Idol Kpop atau penggemarnya?

Rasul SAW bersabda, “ Pada hari kiamat nanti Engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang yang engkau cintai”

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya juga hari akhir sangat tidak pantas menjadikan mereka para Idol Kpop sebagai idola di dunia. Beriman saja mereka tidak dan tentu saja tempat mereka kelak adalah neraka abadi. Apakah mau mengikuti mereka di neraka?

Belum lagi dengan apa yang akan kita katakan dihadapan Allah dihari penghisaban tentang idola keliru yang kita justru pilih dan elu-elukan itu

“Apakah Manusia Akan mengira bahwa Ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”(QS. Qiyamah : 36)

Maka Stop dan segera back to Islam, Sebelum kesempatan itu tak datang dua kali.

Wallahu`alam bi showab

Pengirim: Riskiyah Agustina,STP, Mom of two boys, Ibu peduli generasi,

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement