Senin 02 Dec 2019 21:40 WIB

Menristek: Indonesia Harus Lakukan Lompatan Teknologi AI

Lompatan itu untuk mengejar negara lain yang selangkah lebih maju.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia harus melakukan lompatan dalam bidang teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Lompatan itu untuk mengejar negara lain yang selangkah lebih maju.

"Untuk AI, Indonesia terus terang harus melakukan lompatan karena sekarang kita baru memahami bahwa AI adalah bagian dari revolusi industri keempat. Tapi kita belum memprioritaskannya untuk apa," ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang usai menghadiri Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin (2/12).

Baca Juga

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan keinginannya untuk mengganti birokrat dengan kecerdasan buatan demi mencapai kecepatan kerja.

Presiden juga mengatakan sudah memerintahkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo untuk mengganti birokrat dengan AI, meski rencana itu harus mendapat dukungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengesahkan omnibus law.

Menurut Presiden Joko Widodo, rencananya itu tidak bermaksud untuk memotong pendapatan dari aparatur sipil negara (ASN) tapi untuk mendapatkan kecepatan demi mencapai pemerintah yang fleksibel. Hal itu nantinya akan membantu dalam pengelolaan negara.

Rencana penggantian kerja birokrat dengan kecerdasan buatan, kata Presiden, tidak akan dilaksanakan secara bersamaan tapi bertahap. Rencananya AI akan menggantikan kinerja eselon 3 dan 4 dalam pemerintahan.

Menanggapi hal itu, Menristek/Kepala BRIN mengatakan, melihat pernyataan Presiden Joko Widodo maka pengembangan AI ke depannya akan diarahkan ke sistem yang dapat melakukan efisiensi dan melancarkan kegiatan birokrasi.

"Jadi artinya AI harus bisa menjawab permasalahan yang ada di birokrasi sekarang. Karena masalah eselon tiga dan empat bukan permasalahan orangnya, tapi masalah sistem yang barangkali sudah tidak tepat lagi sesuai masanya ketika terlalu berjenjang ke bawah," ujar mantan Kepala Bappenas itu.

Pengambilan keputusan dengan cepat, kata Bambang, bisa dicapai ketika kita menguasai teknologi AI dan hal itu bisa didapat dengan Indonesia melakukan pengembangan AI ke arah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement