Kamis 28 Nov 2019 06:12 WIB

IPB Berdayakan Petani Kopi di Dogiyai

IPB akan melatih petani Dogiayi agar dapat meningkatkan skill bercocok tanam kopi

Petani kopi
Foto: Antara/Syaiful Arif
Petani kopi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Insitut Pertanian Bogor (PSP3 IPB) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Dogiyai, Papua. Kerja sama itu diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan petani khusunya petani kopi dan pemuda untuk berani di Dogiyai.

Kepala PSP3 IPB, Sofyan Sjaff, mengatakan kerja sama tersebut merupakan pertama kali dilakukan dengan Pemerintah Dogiyai. Ia mengungkapkan, bidang pertanian harus dapat terhubung dari hulu sampai hilir. Dengan demikian, pertanian dapat berkembang secara merata baik secara hasil panen maupun perkembangan teknologi mesinnya.

"Kopi di Dogiyai ini bagus. Tapi kalau dari dataran tinggi di Papua itu selalu masuk ke Jayapura dulu gak langsung ke Jawa," katanya.

Sofyan menerangkan, dalam pemberdayaan tersebut, IPB akan melatih petani Dogiayi agar dapat meningkatkan skill bercocok tanam kopi dan membuat komunitas petani. Ia mengatakan, cara tersebut dapat mengangkat citra petani untuk menghasilkan produk unggulan.

"Tim (dari IPB) turun ke sana untuk mengawal, menaikkan petani di desa untuk menjadi champion, dan mengangkat produktivitas. Jadi dengan pemberdayaan ini, pemuda desa banyak akan tertarik mengembangkan kopi," katanya.

Rektor IPB Arif Satria mengatakan topik kerja sama antara PSP3 IPB dan Pemerintah Kabupaten Dogiyai memberikan daya tarik tersendiri. Sebab, kerjasama itu juga menyangkut dengan regenerasi petani.

"Diharapkan, semakin lama petani-petani di Indonesia, khususnya di Dogiyai dimotori oleh generasi muda, karena mengolah potensi alam yang maksimal berada pada generasi muda," kata Arif.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dogiyai, Papua, Emmanuel Dogomo  mengakui banyak pemuda desa di Dogiyai yang tak ingin bertani. Ia mengungkapkan, mayoritas pemuda lebih memilih untuk merantau ke kota.

"Di Papua menang pemuda ini lebih banyak tidak terlibat dalam pertanian. Jadi butuh keterlibatan pemerintah," kata Emmanuel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement