Senin 25 Nov 2019 12:46 WIB

Pelatihan Guru Dinilai Perlu Diubah

Pelatihan guru tidak mengarah pada kualitas guru.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal (kanan)
Foto: Gerakan Sekolah Menyenangkan
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal mengatakan pelatihan untuk guru memang perlu ditingkatkan. Hanya saja, ia menilai cara pelatihan para guru harus diubah.

Saat ini pelatihan guru dilakukan berdasarkan ujian kompetensi guru (UKG). Hal-hal yang diuji dan dinilai pada saat pelatihan adalah kemampuan pedagogik dan kompetensi guru. Sayangnya, kata Rizal, pelatihan ini tidak mengarah pada kualitas guru.

"Karena yang diuji hanya kemampuan mengisi soal online. Yang diuji hanya kognitifnya saja, tapi bukan perubahan perilaku guru ketika mengajar di kelas," kata Rizal, Ahad (24/11).

Nilai kognitif itu saja, lanjut Rizal, nilai guru banyak yang masih rendah. Guru yang memiliki nilai tinggi juga tidak diukur kemampuan dalam proses pembelajaran di kelas.

Pola pelatihan dan penilaian guru, seharusnya tidak hanya berdasar pada pengetahuan dan kompetensi. Namun, adalah pelatihan yang berdasarkan kondisi faktual guru di lapangan.

"Jadi yang dipertukarkan adalah pengalaman, kemudian pembelajaran secara praktik langsung. Sehingga, guur nanti akan memiliki upgrading skill yang memang benar-benar dibutuhkan di lapangan," kata dia lagi.

Selanjutnya, hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pelatihan tidak hanya memberikan ruang untuk bertukar praktik pengalaman. Namun juga memberikan otonomi kepada guru untuk menerjemahkan kurikulum nasional menjadi kurikulum sekolah.

"Selama ini pelatihannya hanya menuntut guru untuk mengerjakan RPP, dan mengisi administrasi yang justru malah membebani guru sehingga pelatihannya menjadi tidak tepat sasaran," kata Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement