Senin 25 Nov 2019 09:34 WIB

KPAI Apresiasi Pesan Nadiem tentang Kemerdekaan Belajar

KPAI menganggap pidato Nadiem pada peringatan Hari Guru memberikan harapan perubahan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, usai menghadiri kegiatan Apresiasi Bunda PAUD, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (18/11).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, usai menghadiri kegiatan Apresiasi Bunda PAUD, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengapresiasi pesan tentang kemerdekaan belajar dalam naskah pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim untuk peringatan Hari Guru Nasional 2019. Pidato Nadiem mereka anggap memberikan harapan perubahan.

"KPAI mengapresiasi pidato Mendikbud Nadiem dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tahun 2019 yang ditulis dengan gaya bahasa milenial dan tidak bertele-tele," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyari melalui pesan tertulis di Jakarta, Senin (25/11).

Baca Juga

Retno menyebut pesan dalam naskah pidato tersebut memberikan harapan perubahan dan janji bahwa Menteri Nadiem akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia. "Perjuangan yang sudah pasti tidak mudah," katanya.

KPAI juga menyampaikan selamat memperingati Hari Guru Nasional bagi seluruh pendidik di Indonesia yang sudah mendedikasikan ilmu mereka kepada seluruh anak didik mereka. Perjuangan guru, katanya, sejatinya tidak berhenti di level pidato, tetapi harus dimulai dengan langkah nyata.

Langkah nyata itu tidak hanya harus dimulai dari guru tetapi juga dari regulasi setingkat Permendikbud dengan membuat Permendikbud yang menghapus berbagai beban administrasi guru. Sehingga, para guru dapat lebih berkonsentrasi memerhatikan dan mendampingi anak-anak didiknya belajar sehingga keragaman peserta didik dapat ditangani dengan baik oleh para guru, bukan diseragamkan.

"Karena setiap anak adalah individu yang unik," ujarnya.

Ia menekankan, bahwa pesan Mendikbud tentang "kemerdekaan belajar," sejatinya memang harus tercipta di kelas-kelas di seluruh Indonesia. Kemerdekaan belajar harus dimulai dengan membangun budaya demokrasi di sekolah, saling menghargai perbedaan dan menghormati hak asasi manusia (HAM) setiap orang. Siapapun dia, baik guru maupun murid dan seluruh warga sekolah.

Menghargai HAM, katanya, berarti tidak menoleransi kekerasan atas nama mendidik dan mendisiplinkan peserta didik. Tidak ada juga hukuman fisik dan tidak ada sanksi yang bersifat kejam. Kekerasan dan bullying atau perundungan, katanya, juga tidak dibenarkan, baik dilakukan oleh kepala sekolah, guru, orangtua siswa dan peserta didik.

"Dengan demikian, anak-anak terlindungi selama berada di sekolah. Pembelajaran juga dapat berlangsung dengan aman dan nyaman," katanya.

Dalam pidatonya pada Hari Guru 2019, Nadiem Makarim berpesan kepada guru agar melakukan perubahan kecil di kelas. Yang dimulai dari mengajak kelas berdiskusi bukan hanya mendengar, memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas, mencetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, menemukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri, dan tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Ia menambahkan melalui perubahan kecil yang dilakukan dari guru, maka Indonesia akan bergerak maju. "Perubahan tidak dapat dimulai dari atas, semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambil langkah pertama," ujar Nadiem.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement