Jumat 22 Nov 2019 19:23 WIB

Mahasiswa UMM Raih Medali Emas di Singapura

Keberhasilan ini berkat pemikiran tim dalam mengembangkan pertanian serba digital.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendapatkan medali emas pada ajang Advanced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Tecnological University, Singapura.
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendapatkan medali emas pada ajang Advanced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Tecnological University, Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekelompok mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendapatkan medali emas pada ajang Advanced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Tecnological University, Singapura, Ahad (17/11). Keberhasilan ini diperoleh berkat pemikiran tim dalam mengembangkan pertanian serba digital.

Adalah Faza Abdurrahman Fiddin, Siti Agus Tina, Zellin Maylinda Rizky Islami, Anisa Nur Utami, dan Nikmatul Rizky Isroikha mampu bersaing dengan ratusan peserta dari berbagai negara. Mereka menciptakan Integrated Electrical Accelerator Plant Growth With Led Cultivation And Indigenous Microbial Fertilizers Controlled Irrigation System on Smart Farming Technology. Ciptaan mahasiswa UMM sukses mengungguli ratusan universitas di dunia seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.

Baca Juga

Perwakilan Tim Faza Abdurrahman Fiddin menjelaskan, prospek pengembangan pertanian semakin terbuka lebar dengan terus meningkatnya kebutuhan pangan dunia. Namun terjadi pengurangan ketersediaan pangan yang berkualitas dan bersih dari bahan kimia sebagai bahan pangan yang baik bagi kesehatan. Untuk itu, diperlukan penerapan inovasi yang dapat digunakan dalam pertanian skala besar maupun kecil.

"Yang harapannya dengan ide ini, pertanian Indonesia mampu menyediakan bahan pangan sehat dan dapat menjaga ketahanan pangan," kata Faza.

Menurut Faza, prototipe alat yang dibuat menggunakan media tanam cocopeat. Kemudian juga dengan sebuah alat yang terbuat dari akrilik. Alat ini ditunjukkan agar menambah kesan futuristik dalam ruangan atau rumah.

Sementara sistem pengairannya menggunakan metode irigasi tetes. Metode ini dapat dikontrol melalui smartphone yang merupakan iklim mikro tanaman. "Mulai dari kelembaban dan temperatur sekitar tanaman, kebutuhan air, hingga intensitas cahaya,” ungkap Faza melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Jumat (22/11).

 

Faza meyakini, teknik ini akan menjadi gaya hidup baru masyarakat urban. Sebab, sebelumnya banyak yang mulai bertanam tanpa tanah dengan cara hidroponik. Melalui inovasi itu, kata dia, bercocok tanam akan lebih mudah, menyenangkan, efisien dan akan mendapatkan pangan organik yang sehat.

"Meski sedang bepergian, dapat tetap memantau pertumbuhan tanaman dari jarak jauh melalui gawai di tangan,” katanya.

Faza berharap alatnya dapat membantu masyarakat urban untuk menyediakan makanan organik di rumahnya. Dengan aktivitas tinggi masyarakat urban, mereka tetap dapat bertani hanya dengan mengontrol menggunakan smartphone mereka.

Menurut Faza, alatnya juga mampu mempercepat pertumbuhan tanaman. Caranya dengan menggunakan medan elektromagnetik dan bakteri sebagai pupuk penyedia nutrisi tanaman. "Inovasi inilah yang pada akhirnya banyak dilirik sejumlah kalangan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement