Selasa 19 Nov 2019 07:46 WIB

Manusia-Manusia yang Dibesarkan Dunia Maya

Kehidupan anak kini lebih dekat dengan dunia maya dibandingkan orang tua sendiri

Penggunaan gawai menjelang tidur justru membuat anak tidur lebih sedikit dan kelelahan di hari selanjutnya.
Foto: Dailymail
Penggunaan gawai menjelang tidur justru membuat anak tidur lebih sedikit dan kelelahan di hari selanjutnya.

Kalimat manusia-manusia yang dibesarkan dunia maya tentu amatmenggelitik. Akan tetapi coba kita telusuri benang merah dari kalimat ini,  seperti kita saksikan sendiri kehidupan yang kita jalani berbanding terbalik dengan rapsodi kehidupan 30 tahun yang lalu. 

Dimana harmoni kehidupan bermasyarakat begitu kental terasa, indahnya masa anak-anak ataupun remaja bahkan kita yang dewasapun  dipenuhi permainan, dan keakraban. Namun lihatlah abad yang kita lihat saat ini dari mulai anak-anak hingga dewasa juga para orang tua miris disaksikan, anak-anak kita kehilangan waktu bermain karena sejak balita telah diberikan pendidikan pra sekolah dari mulai play grup, kinder ground, hingga taman kanak-kanak dan sebagainya.

Sedang  remaja juga asyik dengan dunia mereka yakni dunia maya, dari mulai game on line hingga media sosial yang lebih banyak menerima berbagai informasi tanpa filter baik gambar atau video. Itu sebabnya remaja masa kini begitu minus kepekaan sosial terhadap sesama, jangankan uantuk peduli sesama bahkan untuk memberi mereka pendidikan etika terhadap orang tuapun sulit untuk diterapkan. Sementara para orang tua lebih asyik dengan kesibukanya mencari popularitas semu yang ditawarkan dunia maya, mereka lebih asik dengan gajet ketimbang menikmati waktu luangnya bersama keluarga.

Begitu jarang terlihat keluarga yang asyik bercengkrama bersenda gurau seperti keluarga-keluarga jaman dulu, menghabiskan malam minggu diteras rumah sang ayah sibuk dengan pembakaran ubi kayu sedang anak laki-lakinya bernyanyi dengan gitar tua sementara ibu dan anak perempuan sibuk menyiapkan makanan ringan diteras rumah, sederhana sekali tapi begitu hangat keakraban terjalin diantara keluarga. Terkadang diselingi senda gurau dibawah cahaya bulan purnama, berkejaran adik dan kakak juga ayah dan ibu tertawa riang sambil menyiapkan hidangan.

Ibu-ibu Zaman sekarang setelah melahirkan banyak diantaranya mempercayakan pengasuhan anak-anaknya pada orang lain ketimbang disusui dan diasuh sendiri, mereka terjebak kehidupan hedonis, berlomba mengejar karir bahkan ada yang bersaing dengan pasangannya sendiri untuk sebuah jabatan.

Mereka lupa bahwa dengan ASI kita membekali anak-anak  sistem imun terbaik dan dengan menyusui mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, meninjak usia anak 2 tahun ibu mulai mengajak anak ketempat yang disebut pendidikan terbaik untuk anak pra sekolah, mencekoki anak-anak mereka dengan berbagai rutinitas . Bukannya menemani mereka bermain bersama tapi membiarkan para pengasuh memberinya pendidikan yang belum seharusnya mereka dapatkan.

Saat anak mencapai usia balita dibiarkan saja mereka menggunakan telepon genggam dengan aplikasi yang tidak selamanya terawasi oleh orang tua,meningkatnya gangguan psikologis pada anak dimulai dari tidak adanya pengawasan penggunaan telepon genggam/handphone. Kecanduan terhadap game sangat mempengaruhi pada kestabililan emosi anak-anak itu sebabnya penggunaan handphone terhadap anak-anak sudah seharusnya dibatasi terutama pada usia-usia tertentu (balita dan anak-anak).

 Sementara penggunaan telepon genggam/handphone pada remaja juga diperlukan pengawasan serta peraturan dengan mengajak mereka bicara dan memberikan mereka masukan yang dipahami oleh bahasa remaja sekarang.

Menjadi orang tua diera milenial dituntut untuk lebih cermat dalam menyiasati ungkapan rasa sayang, memberikan fasilitas terbaik untuk anak tentu harapan setiap orang tua, namun alangkah lebih baik jika kita bisa lebih bijak dalam  pemberian fasilitas tersebut. Benarkah lebih banyak efek positif atau negatifnya, terutama mempertimbangkan pada usia anak-anak kita. 

Karena yang dibutuhkan anak-anak kita sesungguhnya bukan gadget terbaru atau kendaraan merk terbaru tapi pelukan hangat dan kasih sayang sebanyak-banyaknya, waktu luang untuk bermain dan bercengkrama bersama, itulah yang mampu menyelamatkan anak-anak kita dari segala pengaruh buruk globalisasi waktu, teknologi dan kecanggihannya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari karena disisi lain tentu merupakan bagian dari transformasi ilmu pengetahuan yang juga dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

Jadilah ibu yang baik seperti dalam sebuah pepatah “ Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya,” maka untuk para ibu lebih berhati-hati dalam menyikapi arti kasih sayang dan cinta terhadap anak-anak, tidak lantas menuruti setiap permintaan merupakan cinta, melainkan bijak dalam memenuhi kebutuhan mereka akan lebih baik untuk putra-putri kita kedepannya, mari besarkan anak-anak dengan kasih sayang dan peerhatian jangan lepas mereka begitu saja pada dunia maya, yang terlihat indah namun justru membahayakan. “Bu, cara mu mencintai anak-anakmu saat ini seperti itulah cara mereka mencintai kita kelak, maka berikan cinta dan kasih sayang terbaik, karena anak-anak hebat terlahir dari para ibu yang taat.

Pengirim: Vera Verawati, Koki Kafe Waroeng Ilmu, KUNINGAN.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement