Senin 11 Nov 2019 21:45 WIB

Hampir Setahun, Siswa PAUD Harapan Bangsa Belajar di Halaman

Halaman disulap menjadi kelas darurat karena bangunan ambruk belum diperbaiki.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Bangunan utama PAUD Harapan Bangsa di kampung Sorogenan RT 05/RW 05 Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, sudah hampir setahun ambruk. Para siswa terpaksa belajar di halaman yang disulap menjadi kelas darurat.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Bangunan utama PAUD Harapan Bangsa di kampung Sorogenan RT 05/RW 05 Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, sudah hampir setahun ambruk. Para siswa terpaksa belajar di halaman yang disulap menjadi kelas darurat.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Bangunan utama PAUD Harapan Bangsa di kampung Sorogenan RT 05/RW 05 Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, sudah hampir setahun ambruk. Para siswa terpaksa belajar di halaman yang disulap menjadi kelas darurat karena bangunan yang ambruk belum diperbaiki sampai sekarang.

Bangunan yang ambruk berukuran sekitar 4 meter x 8 meter persegi. Atap bangunan sepenuhnya ambruk. Sedangkan tembok di empat sisi masih berdiri meski terlihat rapuh.

Baca Juga

Kepala PAUD Harapan Bangsa, Sri Wahyuningsih, mengatakan, bangunan kelas di PAUD tersebut ambruk pada 27 Januari 2019 tepatnya Ahad dini hari pukul 03.00 WIB. Bangunan ambuk dikarenakan usianya sudah sekitar 40 tahun dan belum pernah direnovasi.

Selama ini hanya dilakukan penambahan ruang. Selain itu, bangunan tersebut sebenarnya sudah rapuh karena sejumlah kayu penyangga dimakan rayap. Akhirnya, bangunan tersebut roboh bertepatan pada musim hujan awal tahun ini.

"Ini halaman untuk bermain anak-anak, karena kondisi kelas tidak memungkinkan akhirnya kami buat halaman ini untuk kelas darurat," jelasnya saat ditemui wartawan di PAUD Harapan Bangsa, Senin (11/11).

Menurut Sri, ambruknya bangunan kelas tersebut sangat berdampak bagi kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa. Bangunan tersebut awalnya digunakan untuk dua kelas yakni B1 dan B2. Akhirnya, para siswa tersebut menggunakan halaman yang disulap sebagai kelas darurat. Hal itu menyebabkan ruang bermain anak-anak juga berkurang.

Sri menyatakan, anak-anak merasa kurang nyaman dengan KBM di kelas darurat apalagi ketika cuaca cukup panas. Kelas darurat tersebut beratapkan asbes, sedangkan pada empat sisi diberi sekat papan kayu.

"Yang palig terasa itu jumlah murid berkurang 50 persen, dari semula 40 sampai 45 siswa, sekarang 22 murid. Dulu tiga kelas, sekarang hanya dua kelas," ungkapnya.

Sri mengaku, setelah musibah bangunan kelas ambruk tersebut dirinya langsung membuat proposal bantuan yang diajukan ke Dinas Pendidikan Kota Solo. Namun, saat itu jawaban yang didapat bantuan akan dianggarkan tahun 2020.

PAUD Harapan Bangsa berdiri di lahan milik pemerintah kelurahan setempat. Luas total lahan mencapai 361 meter persegi. Jumlah guru saat ini sebanyak empat orang.

Bangunan yang didirikan tahun 1980-an tersebut dulunya merupakan TK LKMD. Kemudian diubah menjadi PAUD Harapan Bangsa pada 2006. Kemudian pada 2007 diresmikan oleh Wali Kota Solo yang saat itu dijabat Joko Widodo.

Sri menambahkan, murid-murid PAUD Harapan Bangsa kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke bawah. Biaya SPP per bulan hanya sebesar Rp 47 ribu. Sedangkan biaya masuk saat pendaftaran sebesar Rp 547 ribu sudah termasuk seragam, pengembangan administrasi dan SPP satu bulan.

"Harapan kami bangunan kelas segera diperbaiki supaya anak-anak kegiatan belajar mengajarnya berjalan dengan lancar," harap Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement