Sabtu 16 Nov 2019 07:35 WIB

Pemuda Bergeraklah Maju, Stop Galau Isyarat Bahasa Kalbu!

Pemuda didorong melakukan aktivitas maksimal tidak menggalau mengurusi asmara

Sejumlah pelajar mengikuti acara Kemah Pendidikan dan Apel Kebangsaan Pemuda Indonesia Di Lapangan PPPON Cibubur, Jakarta, Rabu (2/5).
Sejumlah pelajar mengikuti acara Kemah Pendidikan dan Apel Kebangsaan Pemuda Indonesia Di Lapangan PPPON Cibubur, Jakarta, Rabu (2/5).

Indonesia akan mengalami bonus demografi ditahun 2030, kabarnya usia produktif antara 15 sampai 64 tahunlah yang akan mendominasi  di masa yang akan datang. Artinya populasi ini akan bermanfaat dengan baik untuk kehidupan yang berkelanjutan. 

Pemuda dengan segala potensi yang ia miliki dapat membangun bangsa menuju kemajuan yang pesat. Potensi ini harus dioptimalkan. Seiring dengan perkembangan zaman dan transformasi teknologi yang begitu mutakhir, pemuda memiliki peran yang begitu besar dalam menghadapi tantangan ini. 

Berdasarkan data yang dihimpun dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna layanan Internet didominasi oleh generasi milenial sebanyak 171,17 juta di tahun 2018. 

Jika diperhatikan dari content vlog youtube, instagram, twitter dikemas menarik untuk dilihat. Perbincangannya pun tak kalah menarik, kalau tidak soal jomblo yang galau hingga menulis kode-kode untuk sang mantan. 

Paradigma yang dibangun ialah jika content memuat indikasi gejolak masa muda akan ramai pengunjung. Pesan-pesan podcast yang berciri khas bahasa kalbu ramai subscriber, suara mendayu menusuk sanubari beralun-alun berkhayal seakan benar adanya.

Generasi halu untuk mendambakan sosok rupawan ditodong sebagai pujaan. Hingga diperbudak dengan perasaan hawa nafsu. 

Jadilah bucin alias budak cinta sapaan bagi mereka yang dimabuk asmara. Rela melakukan segalanya demi sang belahan jiwa hingga diperbudak atas nama cinta.

Pemuda harus mengalami optimalisasi yang maksimal. Mengerahkan tenaga saat belia menuju perubahan dengan semangat yang mengokohkan benak umat. Saat-saat muda sajalah daya juang dan kekuatan terhimpun. 

Beribu sayangnya jika hanya mengurusi soal asmara. Ayolah Bung! bukan tidak penting bersyair tentang cinta, akan tetapi cinta terhadap bangsa tidak mengabaikan masa muda kita.

Terutama gejolak dan semangat juang itu telah ditemurunkan oleh generasi Islam. Tengoklah, pemuda Islam menjadi corong peradaban gemilang. Muhammad Alfatih sang penakluk konstantinopel, Sholahuddin pembebas Al-Quds serta Khalid bin Walid sebagai Amirul Jihad adalah pemuda gagah berani yang ditopang dengan semangat aqidah Islam yang luar biasa itu.

Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan gemilang jika bukan pemudanya. Menggalakkan E-Sport tuk kepentingan bisnis misalnya jika tidak ditopang dengan aqidah Islam justru akan melalaikan kepentingan umat, karena pada awalnya setiap aktivitas kita selama ini dibumbui dengan ide-ide sekulerisme. Sehingga semua pangkal setiap perbuatan ialah kebebasan bukan ketaqwaan. Sudah saatnya pemuda bergerak maju dan stop berisyarat bahasa kalbu! 

Pengirim: Istiqomah, Pegiat Literasi Kepulauan Riau

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement