Sabtu 16 Nov 2019 21:22 WIB

Lulusan UMM Ini Jadi Dokter di Usia 20 Tahun

Syuna, lulusan UMM ini tak ada metode khusus dalam belajar selain tekun.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Syuna Salimdra lulus dari Fakultas kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di usia 20 tahun. 
Foto: Umm
Syuna Salimdra lulus dari Fakultas kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di usia 20 tahun. 

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Syuna Salimdra berhasil menjadi lulusan kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di usia 20 tahun. Dokter asal Banjarmasin ini diambil sumpah bersama 67 dokter lainnya yang telah menuntaskan pendidikan profesi dokternya.

Syuna lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dengan nilai sangat memuaskan. Putra pasangan Buntoro Salimdra dan Marzuqoh ini berhasil menjadi dokter termuda. Bahkan, dokter yang lahir pada 8 Mei 1999 ini berhasil meraih nilai terbaik UKMPPD Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan nilai 42,08.

Baca Juga

Selama proses pendidikan profesi, dokter yang hobi mendengarkan musik ini sempat mengalami kesulitan. Namun berkat usaha disertai dorongan orang tua, Syuna mampu melalui kendala tersebut. “Stase yang paling berat menurut saya adalah stase Puskesmas, karena tugasnya yang cukup banyak ditambah dengan jadwal jaga yang padat. Tapi alhamdulillah semua sudah terlewati," kata Syuna dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Jumat (15/11).

Syuna mengaku, cita-citanya menjadi dokter sudah muncul sejak kecil. Intensitasnya sering bertemu dengan dokter anak yang membuatnya tertarik menjadi dokter. Kini mimpi itu telah tercapai.

Syuna berharap bisa menjadi dokter yang berguna bagi banyak orang. Dokter yang benar-benar membantu orang lain dengan keilmuan yang dimiliki. "Serta membuat bangga keluarga, teman, dan kerabat," ucap dia.

Proses akademiknya berlangsung cepat karena Syuna mengikuti kelas akselerasi dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Kemantapannya memilih Fakultas Kedokteran (FK) sudah ia tetapkan sejak duduk di bangku SMA. Bagi Syuna, dokter merupakan pekerjaan sangat mulia karena bisa menolong banyak orang.

“Saya melihat dokter dapat menyelamatkan hidup banyak orang, dari situ kemudian ketertarikan saya dimulai,” ungkapnya.

Ketika SMA, Syuna mengaku tak ada metode khusus dalam belajar, selain rajin dan tekun. Ketika memasuki perguruan tinggi, tempo belajarnya ia sesuaikan.

Syuna dipercaya untuk menjadi asisten dosen di laboratorium skill FK UMM selama lima semester. Kepercayaan ini diperoleh sejak semester tiga hingga tujuh. "Ternyata mengajar enak juga, apa yang diajar bisa lebih mudah diingat,” ujar pria yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anastesi ini.

Syuna membuat tugas akhir dengan mengangkat fenomena penjual makanan yang menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng. Dia mengangkat judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Perbaikan Histopatologi Sel Hepar Tikus Putih Yang Diinduksi Minyak Jelantah”. Di sini, Syuna mencoba meneliti kerusakan hati yang disebabkan konsumsi makanan yang digoreng dengan minyak jelantah.

Pria yang sempat aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK UMM ini menjelaskan, penelitiannya ini bisa dimanfaatkan untuk manusia. Menurutnya, hati tikus memiliki kerja yang sama dengan hati manusia. Jika konsumsi minyak jelantah secara terus menerus, maka dapat merusak hati tikus. Begitu juga dampaknya pada hati manusia.

“Jika ekstrak daun pepaya dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada hati tikus maka demikian halnya pada hati manusia,” jelas Syuna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement