Jumat 15 Nov 2019 15:49 WIB

Membentuk Remaja Berkarakter

Menanamkan minat baca juga menjadi salah satu cara membentuk remaja berkarakter

Para penari anak dan remaja tampil pada acara tari massal 2513 penari jaipongan Daun Pulus Keser Bojong dalam rangka Bandung Internsional Art Festival (BIAF) 2018 yang digagas Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (MASRI) dan Disbudpar Kota Bandung, di Car Free Day (CFD) Dago, Kota Bandung, Ahad (29/7).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Para penari anak dan remaja tampil pada acara tari massal 2513 penari jaipongan Daun Pulus Keser Bojong dalam rangka Bandung Internsional Art Festival (BIAF) 2018 yang digagas Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (MASRI) dan Disbudpar Kota Bandung, di Car Free Day (CFD) Dago, Kota Bandung, Ahad (29/7).

Remaja menjadi aset terpenting untuk sebuah negeri. Meningkatnya populasi manusia setiap tahunnya begitu juga populasi remaja tentunya, namun sungguh disayangkan seiring kemajuan tehnologi terjadi banyak penyimpangan  pada remaja kita, dari moralitas hingga pergaulan mereka. 

Terutama  penerapan etika dikehidupan nyata begitu miris dilihat, coba perhatikan bagaimana remaja kita sekarang kurang sekali memiliki rasa hormat terhadap sesama siapapun itu baik pada orang tua, orang lebih dewasa terlebih terhadap orang yang dibawah usia mereka.

Meski tidak dipungkiri banyak juga remaja berprestasi hingga mengharumkan dunia, salah satunya Hartadinata 18 thn  namun sudah menginjak semester 5 di Stony Brook University New York  Amerika Serikat (AS ). Perjuangan Hartadinata  mengenyam pendidikan disana tentu tidak mudah,  penerimaan didasarkan pada nilai, ujian essay dan matematika. 

Tak Cuma itu Hartadina juga mendapat bea siswa penuh dari yayasan Bill & Melinda Gates selama bersekolah  SMA Bard College,dan masih banyak remaja indonesia lainnya yang berprestasi bukan saja di negeri sendiri tapi juga harum hingga diluar negeri.

Namun bukanlah hal mudah untuk membentuk remaja berkarakter saat ini dibutuhkan kerja keras dan tentunya kerja sama semua pihak. Media yang paling mempengaruhi tumbuh kembangnya remaja saat ini terlalu sulit untuk dijauhkan dari mereka, contoh yang paling mudah ditemui, tontonan.

Kita melihat sederet film atau sinetron remaja yang menurut hemat saya lebih banyak memberi contoh negatif dari yang positif, sementara film-film yang dibutuhkan remaja kita, yakni film-film yang menginspirasi mereka dan memotivasi mereka untuk menumbuhkan karakter-karakter remaja pekerja keras serta memiliki kepedulian sosial tinggi serta menggiring mereka menjadi remaja-remaja yang taat pada agama dan orang tua.

Tapi apa yang terjadi didepan mata justru sebaliknya, remaja kita dicekoki tontonan yang hanya memamerkan segelintir orang yang hidup secara hedonis. Dimana secara tidak langsung justru menjadi hal yang paling banyak ditiru mereka, itu sebabnya remaja kita menjadi remaja-remaja yang konsumtif, kurang kepekaan sosial dan minus kebaikan etika dan ketaatan beragama.

Tak perlu saling menyalahkan karena dengan menyalahkan satu dengan yang lain tidak akan memperbaiki keadaan, tapi mari kita bergandeng tangan untuk mengajak remaja kita untuk menjadi remaja berprestasi, beretika yang baik serta taat beragama. Dimulai dari keluarga, lingkup yang paling mempengaruhi adalah keluarga, meningkatnya angka kenakalan remaja terjadi karena faktor keluarga (broken home/korban perceraian orang tua).

Namun tentu saja itu bisa diantisipasi dengan memberikan lingkungan pendidikan yang baik terutama pendidikan agama. Bekalilah remaja kita dengan dasar agama yang kuat karena dengan keimanan dan ketaatan terhadap agama akan menjadi benteng pertahanan yang kuat untuk mencegah dan menolak terjadinya rasisme moral remaja. Pendidikan agama itu sendiri bisa didapat dari keluarga dan sekolah atau madrasah tempat remaja kita menempa pendidikan. 

Salah satu metode membentuk remaja indonesia berkarakter dengan memberikan pendidikan ekstra kurikuler yang positif seperti PMR, PRAMUKA, PASKIBRA, PENCINTA ALAM. Mereka juga harus aktif di komunitas pembangun seperti komunitas baca, seni rupa atau teater dan masih banyak kegiatan positif lainnya, atau dengan memberikan mereka wadah untuk menyalurkan apapun yang menjadi hobi dan kesukaan mereka jika bentuknya positif, arahkan dan beri ruang dengan sebuah kompetisi atau pagelaran untuk mereka menunjukkan kemampuan sebagai bukti identifikasi mereka.

Bentuk terkecil kita mulai dari sekolah dimana remaja kita mengenyam pendidikan, observasi setiap bakat anak dengan mengajak mereka berinteraksi saat menerima pelajaran baik dijam pelajaran maupun diluar jam pelajaran, beri  mereka kebebasan  saat mengemukakan opini dan mengekspresikan kreatifitas mereka, aktifkan setiap kegiatan ektrakurikuler disekolah namun tetap dampingi serta awasi setiap pelaksanaanya.

Menanamkan minat baca juga menjadi salah satu cara membentuk remaja berkarakter. Perpustakaan dan komunitas literasi menjadi wadah yang tepat. Sementara untuk remaja yang putus sekolah jauh lebih membutuhkan perhatian karena saat ini diakui atau tidak remaja putus sekolah semakin meningkat, disaat  subsidi pendidikan digaung-gaungkan.

Kebebasan menerima informasi tanpa filter yang didapat dari gadget yang berada dalam genggaman begitu besar berpengaruh, remaja kini terlalu sibuk membuang waktu dengan berkumpul hanya untuk main game bareng yang mereka sebut dengan istilah MABAR, kurangnya aktifitas fisik justru memperlemah daya fikir dan kerja otak mereka sekaligus mempersempit pola pikir dan menghilangkan rasa empati terhadap sesama.

Untuk menjadi bangsa yang besar tentu dimulai dari remaja kita, maka mari ciptakan remaja indonesia yang berkarakter, dengan terus mengawasi tanpa bermaksud membatasi, beri ruang seluas-luasnya untuk mereka berkreatifitas, pendekatan secara emosional baik dari lingkup keluarga, sekolah maupun lingkup pergaulan. 

Hargai apapun yang menjadi ide-ide mereka selagi itu bersifat karya yang positif. Dengan demikian akan lahirlah remaja-remaja berkarakter, penghasil karya-karya terbaik yang kelak menjadi tolak ukur resolusi kedepan bagi bangsa ini.

Mari kira rangkul mereka, sentuh mereka dengan kasih sayang dan perhatian, karena dengan itu akan tumbuh remaja-remaja percaya diri dalam berekspresi. 

Pengirim: Vera Verawati, Koki Waroeng Ilmu, Kuningan, Jawa Barat 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement