Ahad 10 Nov 2019 11:25 WIB

STEI Dorong Dosen Tingkatkan Kualitas Penelitian

Konferensi ingin mendorong para dosen menghasilkan publikasi internasional.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Budi Raharjo
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) menggelar Forum Ilmiah dan Konferensi Internasional tentang Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial 2019 (ICBESS) yang ke-6 di Jakarta.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) menggelar Forum Ilmiah dan Konferensi Internasional tentang Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial 2019 (ICBESS) yang ke-6 di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) menggelar Forum Ilmiah dan Konferensi Internasional tentang Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial 2019 (ICBESS) yang ke-6 di Jakarta. ICBESS adalah forum yang digelar setiap tahun.

Acara ini  diikuti oleh kampus dari berbagai negara yakni Indonesia, Malaysia, Australia, Maroco, Thailand, Timor Leste dan Korea Selatan. Melalui konferensi ini, STEI berupaya keras mendorong akademisi dalam meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian.

Pasalnya, kewajiban melakukan penelitian dan publikasi menjadi salah satu ketentuan penerimaan tunjangan sertifikasi dosen. Apalagi, penelitian tersebut berguna bagi kepentingan bangsa dan negara.

"Di era Industri 4.0 seperti sekarang ini, tentu banyak kemajuan khususnya di bidang digital yang mempengaruhi sistem bisnis modern. Saya pribadi berharap konferensi ini dapat menghasilkan metode baru di bidang bisnis, ekonomi dan sosial yang dapat digunakan untuk membantu kinerja pemerintah," kata Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Harry Azhar Aziz, saat menjadi keynote speaker dalam konferensi ICBESS ini, dalam keterangan rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (10/11).

Harry yang juga dikenal sebagai ahli ekonomi itu mengatakan, peran ilmu sosial tidak bisa lepas dari ilmu ekonomi dan  bisnis. Begitupun sebaliknya. Menurutnya, pertumbuhan bisnis dan ekonomi dalam konteks ilmu sosial tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Akan tetapi, hal itu harus bermanfaat bagi rakyat banyak, khususnya masyarakat di Indonesia.

Karena itulah, ia mendorong para pengajar yang berpartisipasi dalam konferensi tersebut agar dapat menghasilkan penelitian-penelitian yang berdampak bagi metode, baik itu dalam lingkup bisnis maupun ekonomi, terutama ilmu-ilmu sosial.

"Ternyata ilmu sosial tidak bisa lepas dari ilmu ekonomi dan ilmu bisnis. Entitas bisnis lama banyak yang mati, tapi entitas bisnis baru juga banyak yang tumbuh," ungkap Ketua BPK RI periode 2014-2019 ini.

Sementara itu, ia menekankan pada seberapa besar entitas bisnis-bisnis yang baru bisa merekrut banyak lapangan pekerjaan. Karena itu, ia menyebut bahwa salah satu target pembangunan yakni pengurangan angka pengangguran di era digitalisasi sekarang ini bisa teratasi.

"Saya juga berharap forum ilmiah dan konferensi internasional ini diharapkan menghasilkan pemikiran-pemikiran dan model-model penelitian baru dengan tujuan menciptakan kualitas sumber daya manusia yang unggul," lanjutnya.

Harry juga mengingatkan para peneliti yang hadir pada event internasional itu terkait komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi bervisi menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Karenanya, menurutnya, level-level pekerjaan kemampuan profesional itu harus dipetakan sedemikian rupa agar diketahui berapa kekuatan besar yang dibutuhkan. Sehingga, yang dihasilkan dengan sistem pendidikan yang ada sekarang ini betul-betul bisa padu dengan perkembangan teknologi dan informasi.

"Ini kesempatan emas bagi para peneliti untuk menghasilkan karya ilmiah yang dibutuhkan bangsa. Baik dari ilmu akutansi, bisnis, ekonomi dan sosial," katanya.

Senada dengan Harry, Ketua STEI Ridwan Maronrong memastikan konferensi ini ingin mendorong para dosen untuk menghasilkan publikasi internasional yang hasilnya dapat dipublikasikan di jurnal internasional. Baik itu penelitian terkait manajemen dan akutansi.

"Penelitian yang dilakukan sekarang bisa menghasilkan inovasi-inovasi baru yang berkaitan dengan 4.0. Yang kemudian bisa menjadi jalan keluar. Bisa menjawab tantangan yang terjadi dan bisa memberi jawaban jitu ke depan," kata Ridwan.

Apalagi, kata Ridwan, konferensi tersebut juga dihadiri  universitas-universitas dari dalam dan luar negeri. Semuanya bekerjasama untuk menggali pemikiran dalam rangka memberi masukan kepada pemerintah dan  dalam hal pengembangan ilmu, terutama akutansi dan manajemen.

Melalui konferensi ini diharapkan terjadi kolaborasi kegiatan yang menghasilkan penelitian, terutama model akutansi yang dapat membantu usaha kecil menengah dan mikro yang selama ini bisa digunakan di perusahan-perusahaan maju. Ridwan menambahkan, ke depan semua peserta menginginkan terciptanya sistem model-model akutansi yang baik, baru, bisa diduplikasi dan bisa menjadi jawaban kebutuhan bangsa.

"Konferensi ini untuk saling menguatkan tentang standar akutansi dari pemikiran perguruan tinggi dalam era Revolusi Industri 4.0 pastinya," tambahnya.

Pada bagian lain, Ridwan menyebut berbagai penemuan dan perkembangan pada ilmu ekonomi, bisnis, dan sosial, khususnya yang dihasilkan oleh para akademisi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, belum banyak yang disampaikan kepada masyarakat luas. Padahal, banyak yang bisa dipelajari dari temuan-temuan yang berasal dari hasil penelitian yang dihasilkan. Hal itu menurutnya Sekaligus secara tidak langsung membangun budaya akademisi yang positif, yaitu saling berbagi dan mendiskusikan hasil-hasil penelitian.

Sejak beberapa tahun terakhir, STEI telah berperan aktif mendukung kebijakan Kemenristekdikti. Berbagai kegiatan pendidikan, penelitian dan seminar yang berkaitan dengan

Ilmu Ekonomi, Bisnis, dan Sosial telah dilaksanakan dengan baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan wahana untuk mengembangkan sekaligus mengkomunikasikan berbagai penemuan dan perkembangan ilmu-ilmu tersebut kepada masyarakat, pemerintah, swasta, BUMN, pemerhati dan penggunanya. STEI sebagai lembaga pendidikan tinggi telah ikut berperan serta mencerdaskan kehidupan masyarakat sejak 1969. Hingga saat ini, STEI telah meluluskan sebanyak lebih dari 22.500 mahasiswa. Saat ini, STEI telah memiliki kurang lebih 5000 mahasiswa aktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement