Kamis 07 Nov 2019 00:16 WIB

Menristek Tetap Siapkan Opsi PLTN untuk Penuhi Listrik

PLTN menjadi opsi terakhir untuk menghasilkan listrik di masa depan.

Red: Nur Aini
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan opsi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) harus tetap disiapkan untuk mengantisipasi melonjaknya kebutuhan listrik masa depan.

Namun, Menristek menegaskan bahwa saat ini PLTN masih menjadi opsi terakhir menghasilkan energi listrik.

Baca Juga

"Kita harus mengeksplor semua yang bisa dikembangkan di Indonesia. Itu poin kenapa PLTN itu paling tidak, tidak hilang dari opsi," ujar Bambang di Jakarta Selatan, Rabu malam (7/11).

Menurut Menristek, Indonesia mempunyai sumber daya manusia untuk pembangunan PLTN dan eksperimen bisa dilakukan di reaktor nuklir yang sudah ada. Meskipun saat ini belum mengembangkan PLTN, tetapi opsi PLTN untuk sumber energi listrik harus direspons dengan penyiapan skema pembangunan yang aman. Hal itu karena kekhawatiran akan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang pastinya makin besar di masa depan.

"Kita harus mengantisipasi ketika permintaan listrik naik dan konsumsi listrik per kapita di Indonesia juga naik seiring dengan kemajuan ekonomi Indonesia maka kita harus mengantisipasi apabila fossil fuel (bahan bakar fosil) itu tidak lagi menjadi bagian dari energi mix, jadi harus ada pengganti yang reliable dari batu bara," katanya.

Menristek mendorong Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) paling tidak untuk terus menyiapkan teknologinya. Hal itu sekaligus memastikan operasi PLTN nantinya bisa berlangsung dengan aman baik untuk konsumsi maupun operasi.

Bambang mengatakan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik ke depan maka Indonesia harus siap dengan substitusi energi seperti surya, air dan angin, serta mengeksplor energi baru seperti nuklir.

"Kalau pun kita belum mau mengembangkan sekarang, jangan tinggalkan sama sekali, jangan role out dari possibility," ujarnya.

 

Menurut Bambang, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) di bidang nuklir yang berkualitas seperti di Badan Tenaga Nuklir Nasional serta reaktor nuklir. Reaktor nuklir di Bandung merupakan yang pertama di Asia Tenggara. Sementara, reaktor nuklir paling baru ada di Serpong yang memiliki kapasitas lebih besar dari reaktor nuklir di Australia.

Bambang mengatakan awalnya Korea belajar nuklir di reaktor nuklir Indonesia di Bandung, dan sekarang sebagian besar listrik di Korea dipasok dari PLTN. Dia mengatakan Kalimantan Barat saat ini masih mengimpor listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakun di Serawak, Malaysia.

Potensi air di Kalimantan Barat memang kurang, tapi Kalimantan Barat kaya akan uranium yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir. Indonesia juga punya torium di Bangka Belitung yang bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir.

"Kita punya sumber tinggal bagaimana kita memanfaatkannya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement