Rabu 06 Nov 2019 06:53 WIB

Ekspresi Cinta untuk Sang Khalilu-Llah

Bukti cinta untuk Sang Khalilu-Llah adalah dengan meneladani akhlak dan ajarannya

Infografis Teladan Rasulullah
Foto: Infografis Republika
Infografis Teladan Rasulullah

Mencintai seseorang, tidak cukup hanya dimulut saja. Namun, butuh pembuktian secara nyata. Begitupula saat kita mengaku mencintai kekasih setia-Nya (Khalilu-Llah) yaitu Rasulullah Muhammad ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam, maka tidak cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Tetapi harus kita buktikan secara nyata dalam amal keseharian kita. 

Dari Anas, sesungguhnya Nabi ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Engkau bersama dengan apa yang engkau cintai.” Anas berkata, kami tidak pernah merasa bahagia dengan sesuatupun yang membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau bersama dengan apa yang engkau cintai”, Anas kemudian berkata, “Maka aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan bersama dengan mereka karena kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum bisa beramal seperti mereka.” (Mutafaq ‘alaih)

Benar, bahwa mencintai Nabi butuh pembuktian. Sudahkah kita berusaha beramal sebagaimana yang Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam amalkan?. Sudahkah kita mencintai apapun yang Nabi cintai?. Dan sudahkah kita membenci apapun yang Nabi tidak sukai?. 

Seseorang yang mencintai Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam haruslah menyukai dan menerima segala yang dibawa oleh beliau, yaitu Al-Qur’an dan Hadist, tanpa kecuali. Tidak sepatutnya seorang Muslim alergi terhadap syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam.

Dan tidak selayaknya seorang Muslim memilih syariat ibarat memilih makanan prasmanan. Mengambil syariat (aturan agama) yang disukai, dan membuang (mencampakkan) syariat yang tidak disukai. Maka dari itu, mencintai Nabi juga bermakna menerima sepenuh hati setiap detail syariat yang dibawa oleh beliau. 

Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah ra tentang akhlaqnya Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian Aisyah menjawab, “Akhlaq Nabi ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam adalah Al-Qur’an.” (HR.Muslim)

Dalam Islam, akhlaq dimaknai sebagai sifat yang melekat pada setiap Muslim. Sehingga ketika memahami hadist di atas, maka seorang Muslim yang mengaku mencintai Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam akan mencontoh dan meneladani akhlaq beliau. Diantara kemuliaan akhlaq beliau yaitu : 

Pertama, bertutur kata dengan baik. Dari Abdullah bin Amr ra, ia berkata; Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Sesungguhnya di surga terdapat satu kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dalamnya bisa dilihat dari luarnya. Abu Malik al-Asy’ari berkata, “Bagi siapakah kamar ini wahai Rasulullah?” Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Untuk yang baik perkataannya, suka memberikan makanan dan senantiasa bangun di malam hari pada saat manusia tertidur.” (HR.ath-Thabrani. Hadist ini dinyatakan hasan oleh al-Haitsami dan al-Mundziri. Juga diriwayatkan oleh al-Hakim, beliau menyatakannya shahih).

Kedua, konsisten sebagai pemimpin negara yang menerapkan syariat-Nya. Saat itu beliau menolak permintaan dari orang yang sangat dekat dengan beliau untuk memberikan keringanan hukuman pada seorang wanita terpandang yang ketahuan melakukan pencurian.

Beliau bersabda, “Wahai manusia, sungguh orang-orang sebelum kalian itu binasa karena bila yang melakukan pencurian itu orang terpandang, mereka biarkan. Namun, bila yang mencuri itu kalangan rakyat jelata, mereka menerapkan hukum atasnya. Demi Allah, kalau saja Fathimah putri Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya.” (HR.Muslim)

Ketiga, beliau menyatukan umat dengan ikatan akidah Islam. Sebagaimana gambaran KH. Hasyim Asy’ari rahimahulLah dalam Irsyad al-Mu’minin ila Sirah Sayyid al-Mursalin, hlm.44 : “Lalu hilanglah perbedaan-perbedaan kebangsaan, kesukuan, bahasa, mazhab, dan nasionalisme yang selama ini menjadi penyebab permusuhan, kebencian, dan kezaliman. Masyarakat pun-atas nikmat Allah- berubah menjadi bersaudara. Jadilah orang Arab, orang Persia, orang Romawi, orang India, orang Turki, orang Eropa dan orang Indonesia semuanya berperan saling menopang satu sama lain sebagai saudara yang saling mencintai karena Allah.

Tujuan mereka semua hanya satu, yaitu menjadikan kalimat Allah menjadi unggul dan kalimat setan menjadi hina. Mereka mengabdi demi Islam dengan ikhlas. Semoga Allah mengganjar mereka dengan sebaik-baik balasan.

Inilah Salman al-Farisi, Shuhaib ar-Rumi, Bilal al-Habasyi, dan yang lainnya. Mereka adalah diantara yang beriman kepada Allah dengan ikhlas, memperjuangkan dan menolong Islam dengan segala kekuatan yang mereka miliki, memprioritaskan kepentingan Islam di atas kepentingan bangsa dan kaum mereka. Ini karena mereka memandang bahwa ketaatan kepada Allah adalah di atas segalanya dan bahwa kebaikan atas kemanusiaan ada pada pengabdian mereka  pada Islam.

Ini hanyalah sedikit dari kemuliaan akhlaq beliau. Semoga kita sebagai umatnya benar-benar bisa mencintai Rasullullah Muhammad ShallalLahu ‘alaihi wa Sallam dengan sempurna, yaitu dengan meneladani akhlak beliau dan mengamalkannya dalam setiap sendi kehidupan. 

Pengirim: Dahlia Kumalasari

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement