Sabtu 02 Nov 2019 09:35 WIB

Ketika Rasulullah SAW Memilih Stafnya

Rasulullah SAW memilih stafnya selalu bermusyawarah dengan sahabat dan cendiakawan

Rasulullah
Foto: Mgrol120
Rasulullah

Baru dua pekan usia kabinet baru di negeri ini. Oleh sejumlah menteri, suasana kerja di awal periode kedua Presiden Jokowi ini diberitakan beberapa kali diwarnai kisruh opini. Ini tak lain tersebab oleh pernyataan-pernyataan kontroversial dari mereka sendiri.

Dan berkaca dari hal ini, ada baiknya kita sejenak merefleksi aktivitas Rasulullah SAW saat memilih para staf pemerintahannya. Terlebih, saat ini bulan Hijriyah sudah memasuki Rabiul Awwal. Pada awal bulan tersebut, Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra yang sedang dalam peristiwa hijrah dari Makkah, mulai meninggalkan Gua Tsur menuju Madinah.

Baca Juga

Sejak Rasul saw tiba di Madinah, beliau memerintah kaum Muslim, memelihara semua kepentingan mereka, mengelola semua urusan mereka, dan mewujudkan masyarakat Islam. Abu Bakar dan ‘Umar adalah dua orang mu’awwin beliau. Beliau juga mengangkat para wali untuk berbagai wilayah setingkat provinsi dan para amil untuk berbagai daerah setingkat kota.

Ketika mengangkat para pejabatnya, beliau saw memilih mereka yang paling dapat berbuat terbaik dalam kedudukan yang akan disandangnya, selain hati yang telah dipenuhi dengan keimanan. Beliau juga bertanya kepada mereka tentang tata cara yang akan mereka jalani dalam mengatur pemerintahan.

Beliau SAW pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal al-Khazraji saat mengutusnya ke Yaman, “Dengan apa engkau akan menjalankan pemerintahan?” Dia menjawab, “Dengan Kitab Allah.” Beliau bertanya lagi, “Jika engkau tidak menemukannya?” Dia menjawab, “Dengan Sunah Rasulullah.”

Beliau bertanya lagi, “Jika engkau tidak menemukannya?” Dia menjawab, “Saya akan berijtihad dengan pikiran saya.” Selanjutnya beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pemahaman kepada utusan Rasulullah terhadap yang Allah dan Rasul-Nya cintai.”

Beliau saw selalu mengirim para wali dari kalangan orang yang terbaik dari mereka yang telah masuk Islam. Beliau memerintahkan mereka untuk membimbing orang-orang yang telah masuk Islam dan mengambil zakat dari mereka.

Dalam banyak kesempatan beliau melimpahkan tugas kepada para wali untuk mengurus berbagai kewajiban berkenaan dengan harta, memerintahkannya untuk selalu menggembirakan masyarakat dengan Islam, mengajarkan al-Quran kepada mereka, memahamkan mereka tentang agama dan berpesan kepada para stafnya supaya bersikap lemah lembut kepada warga masyarakat dalam kebenaran, serta bersikap tegas dalam kezaliman. 

Beliau saw juga mengangkat para Qadhi yang bertugas menetapkan keputusan hukum di tengah-tengah masyarakat. Beliau mengangkat seorang pencatat atau kepala untuk setiap urusan kemaslahatan yang ada, walau sebanyak apapun jumlahnya.

Beliau SAW banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya. Beliau selalu bermusyawarah dengan para pemikir dan berpandangan luas, orang-orang yang berakal serta memiliki keutamaan, memiliki kekuatan dan keimanan serta yang telah teruji dalam penyebarluasan dakwah Islam.

Beliau juga mengelola perekonomian dengan mendistribusikan zakat kepada delapan golongan yang disebutkan dalam al-Quran dan tidak diberikan kepada selain golongan tersebut, serta tidak digunakan untuk mengatur urusan negara. Beliau membiayai pemenuhan kebutuhan masyarakat dari fai-iy, kharaj, jizyah dan ghanimah. 

Semua sumber pendapatan negara itu sangat memadai untuk mengatur pengelolaan negara serta penyiapan pasukan militer. Negara tidak pernah merasa memerlukan tambahan harta selain itu.

Demikianlah Rasul saw telah menegakkan struktur pemerintahan beliau selaku kepala negara. Beliau saw menjalankan fungsi-fungsi kepala negara sejak tiba di Madinah hingga beliau saw wafat. Dan beliau telah menyempurnakannya semasa hidupnya.

Sepeninggal Rasul saw, Abu Bakar ra menggantikan beliau menjalankan roda pemerintahan. Dan seterusnya pemerintahan ini dilanjutkan oleh Umar bin Khaththab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra. Mereka berempat dikenal sebagai Khulafaur Rosyidin.

Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam saat itu memiliki kepala negara, para mu’awwin, para wali, para qadhi, militer, kepala biro, dan majlis tempat Rasulullah saw melakukan syuro. Struktur ini, baik bentuk maupun wewenangnya, ditetapkan berdasarkan dalil mutawatir. Inilah teladan terbaik bagi kaum muslimin dalam mengelola tata kehidupan di muka bumi.

Pengirim: Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si, Koordinator LENTERA

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement