Selasa 29 Oct 2019 13:03 WIB

Fokus dan Lokus Kajian Quran Masih Terbatas Tekstualitas

Dr Hasani Ahmad sebut kajian Quran di Indonesia masih pada tekstualitas belum realita

Dr H Hasani Ahmad Said mengunjungi kampus-kampus di Eropa atas undangan dari IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia). Selama enam hari, terhitung 22 Oktober hingga 27 Oktober 2019. Bertempat di Jerman dan Konjen KBRI Hamburg Jerman, bekerjasama dengan Universitat Hamburg dan Jacobs Universitat.
Foto: Awadudin Angkrih
Dr H Hasani Ahmad Said mengunjungi kampus-kampus di Eropa atas undangan dari IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia). Selama enam hari, terhitung 22 Oktober hingga 27 Oktober 2019. Bertempat di Jerman dan Konjen KBRI Hamburg Jerman, bekerjasama dengan Universitat Hamburg dan Jacobs Universitat.

HAMBURG -- Bertepatan dengan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2019 Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr H Hasani Ahmad Said mengunjungi kampus-kampus di Eropa atas undangan dari IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia). Selama enam hari, terhitung 22 Oktober hingga 27 Oktober 2019. Bertempat di Jerman dan Konjen KBRI Hamburg Jerman, bekerjasama dengan Universitat Hamburg dan Jacobs Universitat. 

Dr Hasani dan 16 orang lainnya yang terdiri dari para Profesor serta Doktor dari lintas keilmuan seluruh Indonesia, diantaranya Prof Dr Didik J Rachbini dari LP3ES, Prof. Dr. Mohammad Amin dari Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Adang Djumhur dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon, serta para Profesor dan Doktor Universitas lainnya asal Indonesia yang ikut hadir dalam kunjungan tersebut menjadi delegasi.

Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan pembicara dari Indonesia saja, juga turut hadir tiga pembicara kunci dari Jerman, yaitu Prof Dr Sebastian Vollmer dari Georg August Universitat Gottingen, Prof Dr Jan Van Der Putten dari Universitat Hamburg dan Prof. Dr. Ing. Hendro Wicaksono dari Jacob Universitat Bremen Jerman.

Menurut Hasani, perkembangan studi Al-Qur'an perbandingan Indonesia dan Jerman, fokus dan lokus kajian Al-Qur'an di Indonesia masih menitikberatkan pada tekstualitas Al-Qur'an belum menuju kepada realitasnya.

"Kajian studi Al-Quran di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dua kitab induk (ummahat al-kutub) ulum al-Qur'an itu sendiri, A-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an karya Badr al-Din al-Zarkasyi (w. 794) dan al-Itqan fi 'Ulum Al-Qur'an karya Jalal al-Din al-Zarkasyi (w. 911). Maka di Indonesia mulai diperkuat dengan aspek epistemologinya," kata Dr. Hasani, dalam pemaparanya di forum diskusi tersebut.

Pria Kelahiran Kota Cilegon, Banten dan juga Alumni HMB Jakarta 2005 ini mengatakan, dalam hal ini penelitian aspek perkembangan kitab tafsir dan metodologi dilihat dari sisi epistemologinya perlu dikembangkan dengan 3 (tiga) aspek.

"Pertama, Al-Qur'an sebagai teks, kedua, Al-Qur'an sebagai kultur dan ketiga, Al-Qur'an sebagai artefak. Di sisi lain, studi Al-Qur'an di Barat memotret tiga hal yaitu penerjemahan Alquran, keterpengaruhan Yahudi terhadap Al-Qur'an dan kajian kritis terhadap teks Al-Qur'an. Sayangnya citra dan persepsi Barat terhadap Islam belum bisa lepas dari stigma negatif yang menganggap Islam sebagai musuh Kristen," Ungkap Doktor Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpangkat Lektor Kepala dan juga Direktur Pusiat Elhasani (Pusat Studi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir.

Dr. Hasani menambahkan, tuan rumah kegiatan kunjungan 16 Profesor dan Doktor asal Indonesia ke Erofa bapak Dr. Bambang Susantono juga selaku General konsulat der RI Hamburg Jerman menyambutnya dengan hangat. Demikian pula dengan Pak Mohammad Khusnu selaku Atase Transportasi KBRI Belanda yang juga rumah dinasnya ditempati. 

"Kegiatan ini mempunyai tema besar pendidikan & riset ilmu sosial perbandingan Indonesia - Jerman yang diselenggarakan pada 22-30 Oktober 2019. Selain workshop, kegiatan ini juga diisi dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa tempat, baik kampus maupun tempat-tempat lainnya di Eropa," pungkasnya.

Diketahui, kegiatan ini dilaksanakan selama enam hari di Eropa, Hasani beserta rombongan para profesor dan doktor asal Indonesia mengunjungi Konjen RI Jerman, antara Den Haag - Belanda, Brussel, Belgia dan Paris di Hari keempat hingga ketujuh dari Konjen Den Haag, Universitat Leiden, Pusat Kota Belanda, Volendam, Sungai Amstel, Monument Nasional Belanda, Istana Raja, Paris Menara Eiffel, Tugu Kemenangan Napoleon Bonaparte, Ibis Hotel, Universitat Hamburg, Airbus, Pusat Kota Hamburg Jerman, Jacobs University, Konjen Den Haag, Pusat Kota Belanda, Belgia, Paris dan terakhir Turki. 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement