Senin 28 Oct 2019 21:55 WIB

Permintaan Kredit Mobil dan Motor Lesu

Masifnya transportasi daring dan angkutan masal menjadi salah satu penyebabnya.

Jual beli atau kredit mobil (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jual beli atau kredit mobil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) mengungkapkan, pertumbuhan kredit konsumsi mulai lemah. Jenis Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) termasuk di dalamnya. Hal ini terjadi karena semakin masifnya layanan transportasi dalam jaringan (daring) dan juga bergulirnya layanan kereta cepat perkotaan (mass rapid transit/MRT).

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan berkembangnya layanan transportasi daring dan juga lMRT membuat masyarakat menggugurkan prioritas untuk membeli kendaraan bermotor, baik untuk mobil ataupun motor. Hal ini berpengaruh terhadap permintaan kredit kendaraan, termasuk BCA.

Baca Juga

Jahja mengungkapkan, permintaan kredit berkurang terutama di kota-kota besar. Pada kuartal III 2019, kinerja dari kredit kepemilikan kendaraan bermotor BCA tercatat turun dua persen secara tahunan (yoy) menjadi hanya Rp 47,8 triliun.

Padahal di semua sektor kredit, BCA selalu mencatatkan pertumbuhan. Total kredit BCA hingga akhir kuartal III 2019 saja mencapai Rp 585 triliun atau tumbuh 10,9 persen (yoy). Angka ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan yang sebesar 8,6 persen (yoy) di periode sama. Lesunya kredit kendaraan ini juga yang membuat kredit konsumsi BCA hanya tumbuh 4,1 persen (yoy) menjadi Rp 156,3 triliun.

"Di kota besar adanya transportasi online, MRT, maka orang mudah pergi ke kantor jadi tidak harus bangun terlalu pagi, berkeringat mengemudi. Mereka menggunakan MRT, sehingga kebutuhan akan mobil lebih dari satu berkurang. Bahkan yang belum punya mobil buat apa juga, sehingga permintaan untuk memiliki mobil berkurang," ujar Jahja, Senin (28/10).

Di subsektor lainnnya dalam kredit konsumsi adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jahja menjelaskan KPR juga tumbuh satu digit sebesar 6,8 persen. Menurut Jahja, permintaan kredit properti belum menunjukkan peningkatan signifikan sejalan dengan pergerakkan pertumbuhan ekonomi domestik yang belum sesuai harapan.

"Properti itu bisnis yang akan bagus kalau secara makro ekonomi bagus, dan kemudian sektor properti meningkat," ujar dia.

Di 2020, BCA tidak ingin terlalu ambisius memasang pertumbuhan kredit. Emiten bersandi BBCA itu memasang target pertumbuhan kredit yang cukup moderat yakni di 8-9 persen (yoy) pada 2020. Padahal, regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit pada 2020 bisa mencapai 11-13 persen (yoy).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement