Senin 28 Oct 2019 04:02 WIB

Stafsus: Setiap Kebijakan Kemendikbud Berpihak pada Anak

Untuk 100 hari ke depan, Kemendikbud lebih banyak mendengar dari pakar dan para ahli.

Siswa Sekolah Dasar (SD) menyeberangi Jembatan Gantung Lengkongjaya yang melintasi Sungai Ciwulan, Desa Pusparaja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/7/2019).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Siswa Sekolah Dasar (SD) menyeberangi Jembatan Gantung Lengkongjaya yang melintasi Sungai Ciwulan, Desa Pusparaja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril mengatakan ke depan setiap kebijakan kementerian tersebut akan berpihak pada anak. "Jadi setiap kebijakan dan rencana program harus bisa menjawab dan bagaimana akhirnya berdampak pada tumbuh kembangnya anak secara baik dan utuh," ujar Iwan dalam diskusi di Jakarta, Ahad (27/10).

Dia menambahkan anak sangat bervariatif dan punya kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut dia, apa yang sudah dianggap baik pada saat ini belum tentu berlaku lagi karena hal-hal baru di minggu depan bisa jadi berbeda.

Baca Juga

"Anak itu kan terus tumbuh dan berkembang. Apa yang sudah kita anggap baik dan menjadi standar hari ini, belum tentu hal itu akan berlaku lagi karena hal-hal baru yang dia pelajari minggu depan, bisa jadi itu hal berbeda. Apa yang kita anggap baik belum tentu itu akan baik bagi mereka," katanya.

Namun, filosofinya adalah bagaimana kebijakan itu berpihak pada anak. Dia menambahkan konsep pendidikan yang dicanangkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, masih relevan hingga saat ini.

"Sangat progresif. Beliau percaya perubahan. Ibarat sebuah tata surya, kalau planet berhenti bergerak itu dunia kiamat. Jadi, itu sebenarnya harus terus bergerak dan planet itubergeraktidak ada yang sama."

Kondisi itu sama dengan anak yang pergerakannya tidak sama. Ada planet yang bergeraknya cepat dan ada juga yang lambat.

Anak juga sama ada yang berbeda-beda tapi pada ujungnya mereka akan mencapai tujuan sama, yaitu nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Iwan menjelaskan ke depan pihaknya akan terus belajar dan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan seperti yang diarahkan Mendikbud Nadiem Makarim.

"Untuk 100 hari ke depan kita lebih banyak mendengar dari pakar dan para ahli. Menjalankan apa yang sudah ada dulu, ya, kalau nanti hasil mendengar itu lebih baik, ya kenapa tidak. Kalau kurang relevan, ya, nanti secara bersama-sama dicari apa yang lebih baik. Namun, secara spesifik untuk Lima tahun ke depan belum ada. Kalau untuk teknologi alasan presiden adalah karena dari sisi itu akan ada terobosan," kata dia.

Iwan juga menjelaskan pihaknya masih mendiskusikan pola pembelajaran. Salah satu fokus menteri baru, lanjut dia, juga pendidikan karakter. "Pendidikan bukan kognitif, harus utuh, tapi emosional, sosio emosional juga harus dipertimbangkan. Jadi tumbuh kembang bukan hanya kognitif saja nantinya akan timpang," cetus dia.

Sementara itu Pimpinan Sekolah Citra Kasih Don Bosco, Boedi Tjusila, mengatakan pihaknya memiliki rasa tanggungjawab terhadap pendidikan Indonesia. "Sehingga kami terus berupaya dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan secara akademik untuk mencetak sumber daya manusia yang mampu mengikuti segala perkembangan dunia," kata Budi.

Salah satu inovasi kami di dunia pendidikan adalah membangun jiwa kewirausahaan sejak usia Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Kewirausahaan memiliki andil besar dalam pembangunan perekonomian bangsa Indonesia.

Melalui hal tersebut, Indonesia akan memiliki ekonomi yang kuat dan kokoh. "Kami juga terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan pendidikan kewirausahaan sejak dini. Kami memantik dan menumbuhkan prestasi akademik dan kreativitas anak-anak agar dapat berinovasi dan memiliki daya saing terlebih untuk menyongsong industri 4.0," kata Budi lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement