Selasa 22 Oct 2019 14:54 WIB

Peringati Hari Santri, UIN Walisongo Buat Suasana Pesantren

Semua civitas akademka mengenakan pakaian ala santri di pondok-pondok pesantren.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
UIN Walisongo.
Foto: Youtube
UIN Walisongo.

EPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Memperingati Hari Santri, yang jatuh pada 22 Oktober 2019, segenap warga Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menciptakan suasana pesantren di lingkungan kampus mereka. Rektor, pejabat, para dosen, seluruh karyawan hingga para mahasiswa, Selasa (22/10) ini melaksanakan aktivitas mereka di kampus dengan mengenakan pakaian ala santri di pondok-pondok pesantren.

Pakaian khas para santri yang dimaksud adalah mengenakan setelan sarung dan baju koko putih untuk kaum pria, serta rok, hem putih dan mengenakan hijab warna putih untuk kaum perempuan. Suasana kampus UIN Walisongo hari ini mencerminkan suasana layaknya lingkungan belajar yang ada di pondok pesantren.

Baca Juga

Guna menandai puncak peringatan Hari Santri, pakaian ala santri tersebut juga menjadi pakaian wajib saat digelar upacara peringatan Hari Santri, di lingkungan kampus UIN Walisongo Semarang.

Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq Sag menungkapkan UIN Walisongo melihat peringatan Hari Santri, menjadi bagian dari cara para mahasiswa, dan warga kampus lainnya bisa memberikan kontribusi yang terbaik bagi bangsa.

“Karena saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi problem yang cukup akut dengan maraknya aksi kekerasan, radikalisme maupun pendekatan- pendekatan persoalan yang kadang kurang humanis,” ujar dia.

Maka, momentum hari Santri ini merupakan saat yang tepat bagi kalangan UIn Walisongo untuk tampil ke depan. Karena pesantren memiliki ciri khas dakwahnya dilakukan dengan damai dan menyemaikan kebaikan.

Apalagi Walisongo (Wali Sembilan) tidak pernah mencatatkan adanya kekerasan dan sisa- sisa ketidaknyamanan dalam dakwahnya. Sehingga dakwah para Walisongo selalu diterima dengan mudah karena nilai- nilai kedamaian dan kebaikan yang disebarkan.

Oleh karena itu, dalam konteks hari Santri ini, UIN Walisongo membuat peringatan ini menjadi isu utama untk meneguhkan kembali semangat pesantren.

“Maka pada momentum ini juga dilaksanakan kegiatan upacara dengan seluruh santri (mahasiswa) dosen, keryawan untuk mengenakan dresscode ala santri, seperti yang ada di pondok- pondok pesantren,” ujar dia.

Taufiq juga mengungkapkan, mengapa Walisongo nama besarnya begitu fenomenal. Karena dakwahnya menggunakan pendekatan local wisdom.  Telah memberikan semangat kepada para jamaah dan umat Islam untuk tidak melakukan konflik.

Jadi apapun masalahnya, mereka (para Wali Sembilan) bisa mengakomodasikan dengan baik. Apalagi Islam yang disebarkan oleh Wali Songo, atau Islam yang mengakomodasi kultur serta budaya yang cukup bagus dan tidak menyemai kekerasan, tetapi menyebarkan kebaikan.

“Itu yang menurut saya relevan dengan tema Hari santri kali ini. Sehingga kami juga perlu meneguhkan di lingkungan UIN semangat serta komitmen Wali Songo yang ramah, santun dan penyemai damai dalam segala perilaku dan sikapnya,” ujar Taufiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement