Kamis 17 Oct 2019 15:32 WIB

Hamied Wijaya Terima Penghargaan Insan Berprestasi UGM

Direktur SDM dan Umum Pelindo 1 itu dirasa mampu membawa nama baik UGM.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Malam penganugerahan Insan UGM Berprestasi 2019 di Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM).
Foto: Wahyu Suryana.
Malam penganugerahan Insan UGM Berprestasi 2019 di Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- M Hamied Wijaya menerima penghargaan Insan UGM Berprestasi 2019. Direktur SDM dan Umum Pelindo 1 itu jadi salah satu yang dirasa mampu membawa nama baik UGM dan memberi kontribusi memajukan bangsa.

Hamied menjadi satu dari 112 penerima peghargaan yang rutin diberikan tiap tahun tersebut. Melalui inovasi-inovasi yang dilahirkan, Hamied dinilai mampu memberi kontribusi nyata yang positif kepada Indonesia.

Sejak 2014, Hamied telah membuat terobosan sistem kerja efisien dan sistematis secara digital di Pelindo 1. Pada 2019, proses kerja itu dituangkan dalam buku Transformasi SDM Berbasis Digital di Pelindo 1.

Ditemui di sela-sela malam pengenugerahan, Hamied mengatakan, sistem ini dibangun April-November 2014. Lalu, diaplikasikan mulai 1 Januari 2015, percobaan selama tiga bulan dan setelah itu sistem dijalankan.

"Awalnya kaget semuanya, mengisi itu malas, tidak mau, padahal sudah dijelaskan jika mengisi rencana kerja bulanan dan targetnya tercapai, maka tunjangannya akan naik tinggi," kata Hamied, Rabu (16/10).

Sebab, 100 persen sistem terdiri dari 60 persen variabel dan 40 persen rencana. Syaratnya, orang itu harus mengisi yang nantinya dicek apakah target-target yang ditetapkan tercapai.

Kondisi ketika pegawai-pegawai melihat ada yang dapat ada yang tidak dapat, jadi dorongan tersendiri bagi mereka. Tapi, ia merasa, sistem itu bisa bekerja jika berani memberi tunjangan kinerja yang oke pula.

Kalau cuma 10 persen atau 20 persen, ia melihat orang tetap malas. Tapi, kalau 50 persen perubahan menjadi sangat signifikan dan pada 2016 sistem itu sudah mampu berjalan sangat baik di Pelindo 1.

"Intinya, kepemimpinan yang kuat, kalau kita tidak bawel, maka sistem tidak jalan lagi dan bisa kembali dari nol lagi, dan dampaknya tidak cuma kepada pegawai, tapi kepada perusahaan sendiri," ujar Hamied.

Terlebih, sebelum sistem ada, kondisi perusahaan kerap kacau, saling ribut lantaran ada direksi-direksi yang dipecat atau dipindah. Malah, sebelum 2014, kerap kali muncul gosip-gosip seputar perusahaan.

Untuk itu, ketika sistem dijalankan, sekaligus menghilangkan gosip-gosip yang sering beredar seputar perusahaan. Sebab, semua tercatat dan masing-masing individu memiliki catatan kinerja yang transparan.

Terlebih, Pelindo 1 itu secara organisasi terpengaruh kepada kondisi perekonomian. Artinya, mau tidak mau sistem kerja yang tradisional harus diubah ke sistem kerja yang baru.

"Sekarang yang harus dikejar orang-orang pemasaran harus lebih gigih lagi, kalau dulu-dulu masalah internal ada, ke luar ada, ke dalam ada, sekarang masalah-masalah ke dalam sudah tidak ada," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement