Selasa 15 Oct 2019 13:40 WIB

Partai Koalisi, Oposisi dan Kritik yang Dilandasi Iman

Kritik kepada Pemerintah wajib dilakukan kaum Muslim namun harus dilandasi iman

Presiden Joko Widodo saat berswafoto dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto bersama awak media usai melakukan konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10)
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo saat berswafoto dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto bersama awak media usai melakukan konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10)

Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut terkait rencana masuknya kader dua partai itu dalam kabinet mendatang. Parpol koalisi pendukung Jokowi menyerahkan persoalan itu kepada Presiden seraya menekankan perlunya oposisi untuk check and balances (Republika, Senin (14/10).

Seperti diketahui bahwa dalam sistem politik demokrasi ada partai koalisi yang akan selalu sejalan dan mendukung pemerintah. Juga ada partai oposisi yang akan memberikan pengawasan dan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Namun dengan wacana bergabungnya partai oposisi ke dalam koalisi, dikhawatirkan pemerintahan tidak akan dapat berjalan seimbang karena tidak akan ada oposan yang mengkritik kebijakan pemerintah. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa kritik terhadap pemerintah bergantung pada keberadaan partai oposisi. Padahal seharusnya setiap rakyat bebas mengeluarkan pendapat ( yang telah dilindungi oleh konstitusi UUD 1945 pasal 28 ). Maka jalannya pemerintahan harus tetap berjalan dalam pengawasan semua partai dan perwakilan rakyat yang duduk sebagai anggota dewan.

Dengan demikian, maka kritik dan saran pada pemerintah adalah menjadi kewajiban setiap warga negara terutama kaum muslimin. Namun tetap diperhatikan bahwa tujuan dari pengawasan dan pemberian kritik pada pemerintah bukanlah bertujuan untuk menjatuhkan para pemimpin negara. Namun harus dilandasi oleh iman, agar tujuan dari pengawasan tersebut semata-mata untuk mencegah kesalahan maupun kezaliman dan demi tegaknya amar ma'ruf nahyi mungkar dalam lingkup negara.

Sesuai hadist Rasulullah: " Sebaik-baik jihad ialah berkata yang benar di hadapan penguasa yang zalim atau pemimpin yang zalim.” (HR. Abu Dawub, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Pengirim: Nusaibah Al Khanza, Pemerhati Masalah Sosial dan Politik, Malang Jawa Timur

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement