Selasa 15 Oct 2019 10:05 WIB

Mahasiswa UNS Raih Penghargaan dari Inovasi Pupuk Organik

Mahasiswa berharap produk inovasi ini bisa mendapatkan paten dari kampus.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik di areal persawahan yang telah ditanami tanaman golongan Refugia di Desa Mijen, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019).
Foto: Antara/Aji Styawan
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik di areal persawahan yang telah ditanami tanaman golongan Refugia di Desa Mijen, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Dua penghargaan berupa Medali Emas dan Penghargaan Khusus dari Sri Lanka diraih tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada gelaran 'The 2nd World Invention and Technology Expo (WINTEX)' di Jakarta, Sabtu (12/10). Penghargaan tersebut diraih melalui inovasi berjudul Mengoptimalkan Potensi Ampas Teh, Limbah Sayur Pasar dan Kotoran Ternak sebagai Pupuk Organik Cair di Desa Kemuning, Karanganyar.

Ketiga mahasiswa tersebut yakni, Ruby Agil Hasan dari D3 Agribisnis Agrofarmaka 2017, Muhammad Taufiek Heryansyah dari D3 Agribisnis Hortikultura 2018 dan Panji Karuniatama Putra dari D3 Agribisnis Hortikultura 2018.

Baca Juga

Taufiek menjelaskan keberadaan limbah ampas teh yang melimpah di Desa Kemuning sebagai penghasil teh terbanyak di Karanganyar menjadi hal yang melatarbelakangi inovasi tersebut.

"Selain itu, mata pencaharian penduduk sekitar juga peternak hewan seperti kambing dan sapi dengan limbah kotoran ternak. Tidak kalah potensialnya, terdapat pasar tradisional Kemuning di mana banyak sayuran yang terbuang percuma atau busuk dan menjadi limbah," kata Taufiek seperti tertulis dalam siaran pers, Selasa (15/10).

Tahapan persiapan diawali dengan pendaftaran produk ke WINTEX untuk dikurasi dan dinyatakan lolos. Kemudian pada tahapan pembuatan produk, Taufiek dan tim berhasil setelah dua kali percobaan. Pada percobaan pertama pembuatan pupuk sempat gagal karena wadah berupa botol air mineral yang digunakan terlalu kecil dan sempit. Akibatnya, botol itu mengeras dan penuh dengan gas dan semua pupuknya tumpah.

"Akhirnya kami gunakan bahan dan alat yang lebih banyak di percobaan kedua. Botolnya juga lebih besar. Setelah sepekan, produknya berhasil dan kami kemas dalam botol putih dengan daya tampung 500 mililiter," imbuh Taufiek.

Kemudian, Taufiek dan tim menamakan produk mereka Tealof Wilavette (Tea Waste As Liquid Organic Fertilizer With Livestock Manure and Vegetable Market Waste). Selama kompetisi, Taufiek dan tim mendapat bimbingan dari Kepala Prodi D3 Agribisnis juga Admin Prodi dan Sekolah Vokasi UNS, Raden Kunto Adi.

Ke depannya, mereka berharap produk tersebut dapat dipasarkan. Tetapi tim akan mengkaji lebih dalam lagi mengenai harga produk agar dapat dijangkau oleh petani-petani kecil maupun strategi pemasarannya agar dapat bersaing dengan produk sejenisnya di pasaran. "Kami juga berharap produk ini mendapatkan paten dari UNS," harapnya.

Taufiek menambahkan, WINTEX merupakan kompetisi pameran produk kelas internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA). Para peserta harus bersaing dengan peserta dari berbagai negara di dunia dan kampus-kampus negeri maupun swasta di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement