Sabtu 12 Oct 2019 08:03 WIB

Terumbu Karang Hidup Kembali Setelah Gelombang Panas

Temuan karang hidup kembali jadi harapan dalam perubahan iklim dunia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nur Aini
Terumbu Karang (Ilustrasi)
Terumbu Karang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menemukan karang yang dianggap mati karena stres akibat gelombang panas. Penemuan tersebut menjadi harapan bagi terumbu karang yang terancam perubahan iklim dunia.

Penemuan kebetulan, yang dilakukan oleh Diego K Kersting dari Universitas Freie Berlin dan Universitas penyelaman di Mediterania Spanyol, dilaporkan dalam jurnal Science Advances pada Rabu (9/10). Kersting dan rekan penulis Cristina Linares telah melakukan pemantauan jangka panjang 243 koloni dari terumbu karang Cladocora caespitosa sejak 2002.

Baca Juga

“Pada titik tertentu, kami melihat polip di koloni-koloni, yang kami pikir benar-benar mati,” ujar Kersting, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Jumat (11/10).

Polip merupakan karang yang terdiri atas ratusan hingga ribuan makhluk kecil. Makhluk hidup itu mengeluarkan kerangka keras dari kalsium karbonat (batu kapur) dan menempelkan diri ke dasar laut.

Gelombang panas membunuh makhluk hidup ini karena terbakar atau menyebabkan mereka mengeluarkan ganggang simbiotik yang hidup di dalamnya, serta memberi mereka nutrisi sehingga mengarah ke pemutihan karang. Seperempat dari tutupan karang Kepulauan Columbretes Spanyol hilang akibat gelombang panas yang ekstrem pada 2003.

Tetapi para peneliti menemukan 38 persen dari koloni yang terkena dampak bereaksi dengan polip mengecilkan dimensi mereka dan sebagian meninggalkan kerangka asli mereka. Selama beberapa tahun, polip tumbuh kembali dan memulai kerangka baru. Hal itu adalah strategi bertahan hidup.

Mereka kemudian dapat secara bertahap menginvasi kembali daerah yang sudah mati sebagai karang baru. Untuk memastikan bahwa polip sebenarnya adalah hewan yang sama daripada karang baru yang diciptakan melalui reproduksi seksual, tim menggunakan pencitraan komputer 3D untuk mengkonfirmasi kerangka lama yang ditinggalkan itu terhubung ke struktur baru.

Proses “peremajaan” tersebut diketahui ada di dalam catatan fosil, tetapi belum pernah diamati dalam koloni karang yang ada saat ini. Kersting mengatakan temuan itu membuka kemungkinan yang menarik bahwa karang baru di seluruh dunia, seperti Great Barrier Reef Australia, mungkin menerapkan strategi bertahan hidup yang serupa, meskipun penyelidikan lebih lanjut diperlukan.

“Yang kita lihat sekarang ini di Laut Mediterania dan bagian dunia lainnya adalah gelombang panas laut berulang. Ini terjadi setiap musim panas atau setiap musim panas kedua,” kata Kersting.

Karang-karang itu juga tumbuh sangat lambat dengan laju sekitar tiga milimeter per tahun. Jadi jika ada gelombang panas, ini akan membunuh 10 hingga 15 persen tutupan terumbu karang.

“Mereka sebenarnya memerlukan bantuan dari kita. Kita perlu menghentikan perubahan iklim karena itu tidak akan cukup,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement