Rabu 09 Oct 2019 21:23 WIB

FEBI UIN Suka Gelar Short Course Kembangkan Ekonomi Islam

Forum ini melibatkan peserta yakni mahasiswa dari tujuh negara

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam  (FEBI) UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta menggelar International Short Course dengan tema Understanding Islamic Social and Microfinance-its Relevance and Contribution to Economic Development. Hal ini dilakukan guna mengembangkan ekonomi Islam hingga ke jenjang internasional.

"FEBI UIN Sunan Kalijaga punya tanggung jawab besar dalam mengimplementasikan ketakwaan kepada Allah SWT melalui upaya upaya mengembangkan ekonomi Islam sampai ke jenjang internasional," kata Rektor UIN Suka, Yudian Wahyudi dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (7/10).

Yudian menjelaskan, seluruh ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti shalat hingga zakat tidak hanya memiliki makna dalam dimensi spiritualitas. Namun, juga mengarah pada dimensi ekonomi. 

Sehingga, forum ini, kata Yudian, sangat penting dilakukan. Yang mana, untuk mengembangkan ekonomi Islam. Melalui forum ini juga, FEBI UIN Suka semakin dikenal secara internasional. Termasuk memacu daya saing dan pengembangan akademik yang bersifat internasional. 

Bahkan, ia menyebut UIN Suka berpotensi menjadi kampus berstandar internasional dengan kemampuan bahasa asing yang dimiliki. Baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris. "Hal ini karena UIN Suka terus berkomitmen untuk menuju World Class University melalui peningkatkan kinerja organisasi," ujarnya. 

Forum ini melibatkan peserta yakni mahasiswa dari tujuh negara yakni Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Syiria, China, Korea Selatan dan Indonesia, termasuk peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sementara, narasumbernya berasal dari para praktisi dan akademisi yang kompeten baik dari Indonesia dan Malaysia.

Sementara itu, Dekan FEBI UIN Suka, Syafiq Mahmadah Hanafi mengatakan, diangkatnya tema keuangan mikro yakni sebagai upaya untuk menjembatani kebuntuan akses sumber daya ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Sebab, pemahaman terkait keuangan mikro akan  memberi kemudahan. 

"Kemudahan baik bagi pengusaha dan usaha kecil untuk mendapatkan akses permodalan berbagai layanan  perbankan lainnya untuk mengembangkan usaha mereka," ujarnya.

Ia menjelaskan, dalam forum tersebut, semua peserta berpartisipasi dan berpikir bersama ahli sosial ekonomi terkait kerangka ekonomi Islam. Dengan begitu, diharapkan peserta dapat lebih mengenal dan memahami serta mendpat pengalaman terkait prakter Islamic social finance dan microfinance  perbankan syariah di Indonesia. "Sehingga, bisa diterapkan di lingkup terdekat," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement