Jumat 20 Sep 2019 02:00 WIB

Konser Amal Peduli Difabel FKKMK UGM Hadirkan Raisa

Katon Bagaskara dan Lilo dari Kla Project juga akan mengisi acara.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Raisa Andriana.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Raisa Andriana.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada akan menggelar konser amal untuk kepedulian pendidikan penyandang disabilitas. Raisa jadi salah satu pengisinya.

Konser akan digelar 21 September 2019 sore di the Rich Jogja Hotel. Selain Raisa, akan tampil penyanyi-penyanyi kenamaan lain seperti Katon Bagaskara dan Lilo dari Kla Project.

Ketua Panitia, Agung Widianto mengatakan, konser yang menggandeng Ascendia Project merupakan penggalangan dana membantu pembangunan kota difabel di Kebumen. Ini merupakan inisiasi dari alumni FKKMK.

"Secara umum, konser amal ini bertujuan untuk membantu pembangunan kota difabel yang diberdayakan oleh alumni FKKMK UGM," kata Agung saat konferensi pers di Balairung UGM, Rabu (18/9) sore.

Selain itu, dana digalang untuk membantu renovasi pembangunan One Stop Learning School untuk penyandang disabilitas. Konser ditujukan pula demi membantu terciptanya kehidupan dan penghidupan yang layak.

Agung menyampaikan, data statistik 2018 mencatat Kebumen memiliki 12 ribu penyandang disabilitas. Sedangkan, 90 persen lebih penyandang disabilitas dari kisaran angka itu masih tidak memiliki pekerjaan.

Selain itu, kebutuhan mendasar dan hak penyandang disabilitas belum mendapat perhatian penuh pemerintah daerah setempat. Hal itulah yang membuat penggalangan dana ini menjadi semakin penting dilaksanakan.

"Karenanya, hasil dari penjual tiket konser amal ini nantinya akan disumbangkan untuk pembangunan kota difabel di Kebumen," ujar Agung.

Hingga saat ini, disebutkan Agung, tiket telah terjual sekitar 75 persen. Ia menargetkan, nantinya bisa terjual habis dan yang akan disumbangkan minimal Rp 200 juta.

Wakil Dekan Bidang Alumni dan Kerja Sama FKKMK UGM, Mei Neni Sitaresmi menuturkan, difabel hingga kini masih dipandang kelompok tidak berdaya, tidak bisa bekerja, merepotkan dan tidak produktif.

"Stigma negatif itu masih melekat kepada para penyandang disabilitas," kata Mei.

CEO Ascendia Project, Faiz Alauddien Reza Mahardhika menerangkan, lembaga nirlabanya itu memang bertekad menghilangkan stigma bagi penyandang disabilitas. Lewat bimbingan dan pelatihan keterampilan.

Tujuannya, lanjut Reza, agar bisa mandiri dan berdaya. Mulai dari bimbingan kepada difabel rungu, difabel netra, difabel daksa dan difabel grahita hingga dapat bekerja layak dan tetap didampingi.

Reza menekankan, di Kebumen tidak adanya pendidikan pra-sekolah jadi salah satu faktor yang menyebabkan penyandang disabilitas terlambat mengakses pendidikan. Karenanya, One Stop Learning perlu direnovasi.

Hal itu diniatkan agar para penyandang disabilitas bisa mengakses pendidikan dengan lebih baik. Pemberdayaan itu rencananya akan diperluas ke area-area sekitar Jawa Tengah dan DIY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement